Sunday 29 March 2015

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)
● Tujuan BHD
mempertahankan pernafasan dan sirkulasi yg adekuat sampai kondisi yg menyebabkan henti nafas dan henti jantung dapat diatasi.

● Definisi Henti Nafas dan Henti Jantung
Henti nafas adalah apabila pernafasan berhenti (apnea). Sedangkan henti jantung adalah apabila jantung berhenti berkontraksi dan memompa darah. Kedua keadaan ini saling kait-mengkait.

● Sebab-Sebab Henti Nafas dan Henti Jantung
Henti nafas dapat disebabkan oleh gangguan atau penyakit pada jalan nafas atau pernafasan (primer) dan henti jantung diakibatkan gangguan atau penyakit kardiovaskular (primer). Meskipun demikian banyak penyakit-penyakit yg secara sekunder akan membahayakan pernafasan dan jantung yg pada akhirnya mengakibatkan henti nafas dan henti jantung.
Sistem kardiovaskuler dan pernafasan selalu berinteraksi.

● Sebab-sebab henti nafas
a.  Sumbatan jalan nafas
Sumbatan jalan nafas dapat terjadi total atau sebagian. Sumbatan jalan nafas total dengan cepat dapat menyebabkan edema otak atau edema paru, kelelahan bernafas, apnea sekunder dan kerusakan otak karena hipoksia seperti pada henti jantung.
Sebab-sebab sumbatan jalan adalah:
1. Darah
2. Muntahan
3. Benda asing
4. Trauma langsung pada wajah atau tenggorokan
5. Spasme larings, bronkus
6. Radang
7. Depresi susunan syaraf pusat oleh karena trauma kepala, tumor, gangguan metabolik dan obat-obatan misalnya narkotika.

b. Gangguan atau pemyakit paru
Kelainan patologis paru yg berat akan memperburuk oksigenasi dan ventilasi, yaitu:
1. Infeksi
2. Aspirasi
3. Asthma bronkhial
4. Edema paru
5. Kontusio paru
6. Pneumotoraks, hematoraks

c. Gangguan neuromuskular
Otot-otot pernafasan utama adalah diafragma dan otot-otot interkostal. Otot-otot interkostal dapat lumpuh bila terjadi kerusakan pada vertebra servikalis. Mislanya pada:
1. Myasthenia gravis
2. Sindrom guillain-barre
3. Multiple sclerosis
4. Poliomyelitis
5. Kyphoscoliosis
6. Distrofi muskuler
7. Penyakit motor neuron

●Sebab-sebab henti jantung
Sebab henti jantung dapat primer atau sekunder.
henti jantung primer adalah apabila penyebab yang langsung terjadi dari jantung, yaitu:
1. Gagal jantung
2. Temponade jantung
3. Miokarditis
4. Kardiomiopatik hipertrofik
5. Fibrilasi ventrikel akibat : iskemia miokardium, infark miokardium, sengatan listrik, obat-obatan, gangguan listrik.

henti jantung sekunder terjadi akibat gangguan yang berasal dari luar jantung, misalnya:
1. Asfiksia karena sumbatan jalan nafas
2. Anoksia karena tercekik, edema paru
3. Kehilangan darah banyak yang akut
4. Hipoksemia karena anemia
5 syok septik stadium hari

●Indikasi BHD
1. Henti jantung
2. Henti nafas

● Tahapan-tahapan BHD
tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan dengan tindakan.
urutan tahapan BHD adalah menilai, mengaktifkan LGD/EMS (Emergency medical System), melakukan tindakan ABCD.

●Menilai kesadaran
Memeriksa pasien dan lihat responnya dengan menggoyang bahu pasien dengan lembut dan bertanya cukup keras "apakah kami baik-baik saja?" Atau "siapa namamu"
1. Bila pasien menjawab atau bergerak, biarkan pasien tetap lasa posisi ditemukan, kecuali bila ada bahaya pada posisi tersebut dan dipanta5 secara terus-menerus.
2. Bila pasien tidak memberikan respon, aktifkan EMS/LGD. Berteriaklah mencari bantuan, sembari buka jalan nafas.

Gbr. Menilai Kesadaran

Mengaktifkan Unit Gawat Darurat / UGD (Emergency Medical System = EMS) 
Meminta bantuan atau dengan berteriak atau menelepon UGD/EMS misalnya 118.
Pada waktu meminta bantuan sebutkan lokasi kejadian, jenis kejadian (misalnya serangan jantung, trauma, dll) beberapa pasien yang perlu bantuan, kondisi pasien, bantuan apa yang sudah diberikan, dll)

AIRWAY
apabila pasien tidak memberikan respon, pastikan apakah pasien bernafas dengan sempurna. Untuk menilai pernafasan, pasien harus pada posisi terlentang dengan jalan nafas terbuka.
○Posisi pasien
Posisi pasien terbaik untuk dinilai pernafasan dan diberi bantuan resusitasi adalah pasien posisi terlentang pada dasar yang keras dan datar. Apabila pada saat ditemukan pasien pada posisi telungkup, maka harus ditelentangkan secara simultan antara kepala, bahu dan dada tanpa memutar badan (teknik roll-on)
○Posisi penolong
Posisi penolong disamping pasien, posisi siap untuk melakukan pemberian nafas buatan dan kompresi dada.
○buka jalan nafas
Pada pasien yang tidak sadar, maka tonus otot-otot rahang lemah sehingga lidah dan epiglotis dapat menyumbat farings atau jalan nafas atas.
Penolong dapat membuka jalan nafas dengan cara angkat kepala, angkat dagu (head thilt chin lift Manuever), cara lain untuk membuka jalan nafas adalah dorong rahang bawah (jaw thrust Manuever). Cara ini hanya boleh dilakukan oleh penolong seorang petugas kesehatan dan korban ada riwayat trauma kepala atau leher.
Dengan cepat bersihkan muntahan atau benda asing yang nampak ada dalam mulut.
○head thilt chin lift Manuever
Posisikan telapak tangan pada dahi smabil mendorong dahi kebelakang, pada waktu yang bersamaan, ujung jari tangan yang lain mengangkat dagu. Ibu jari dan telunjuk harus bebas agar dapat digunakan menutup hidung jika perlu memberikan nafas buatan. 
○jaw thrust Manuever
Posisikan setiap tangan pada sisi kanan dan kiri kepala pasien, dengan siku bersandar pada permukaan tempat pasien terlentang dan pegang sudut rahang bawah dan angkat dengan kedua tangan akan mendorong rahang bawah depan.

Gbr. Head thilt-chin lift manuever dan jaw thrust manuever

BREATHING
Sambil mempertahankan jalan nafas terbuka, dinilai pernafasan dengan mendekatkan telinga ke hidung dan mulut pasien.
Look, Feel and Listen ada tidaknya udara keluar masuk :
- lihat pergerakan naik turunnya dada
- dengar suara nafas pada mulut pasien
- rasakan hembusan nafas dipipi

Gbr. Menilai Pernafasan

Penilaian ini dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik.
Bila pernafasan memadai:
Posisikan pasien pada posisi mantap (recovery position) bila tidak ada riwayat trauma leher, pantau terus pasien dan mencari bantuan. Bila tidak ada pernafasan cari bantuan (aktifkan LGD/EMS), pasien diposisikan telentang, buka jalan nafas dan bersihkan sumbatan yang terlihat didalam mulut pasien dan berikan bantuan pernafasan buatan.

○ Posisi sisi mantap (recovery position)
Pada pasien yang tidak sadar, bernafas spontan dan teraba sirkulasi spontan, maka pertolongan ditujukan untuk mempertahankan jalan nafas bebas dari sumbatan lidah dan mengurangi terjadinya aspirasi isi lambung. Oleh karena itu pasien diatur pada posisi mantap, yaitu:
- lengan yang dekat penolong diluruskan kearah kepala.
- lengan yang satunya menyilang dada, kemudian tekankan tangan tersebut ke pipinya.
- tarik tungkai hingga tubuh pasien terguling kearah penolong, baringkan miring dengan tungkai atas membentuk sudut dan menahan tubuh dengan stabil agar tidak menelungkup.
- periksa pernafasan terus menerus.

Gbr. Posisi Sisi Mantap (Recovery Position)

○ pernafasan buatan
Bantuan ini harus diberikan pada semua pasien yang tidak bernafas atau pernafasannya tidak memadai. Nafas buatan dimulai dengan 2 kali nafas pelan, efektif (dalam 1 detik), kemudian dilanjutkan nafas buatan 12x/menit.
Beberapa cara memberikan bantuan pernafasan buatan adalah:
- pernafasan buatan mulut ke mulut
- pernafasan buatan mulut ke hidung
- pernafasan buatan mulut ke sungkup
- pernafasan buatan dengan kantung nafas buatan (bag mask device)

1. Pernafasan Buatan Mulut ke Mulut
Nafas buatan mulut ke mulut adalah cara yang paling sederhana, cepat meskipun menggunakan udara ekhalasi penolong dengan kadar oksigen sekitar 16% saja.
caranya :
- pertahankan head thilt chin lift
- jepit hidung dengan ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang melakukan head thilt
- buka sedikit mulut pasien
- tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong melingkari mulut pasien, kemudian tiupkan lambat, setiap tiupan selama 2 detik dan pastikan sampai daa terangkat.
- tetap pertahankan head thilt chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut pasien, lihat apakah dada pasien turun waktu ekshalasi.

Gbr. Pernafasan buatan mulut ke mulut

2. Pernafasan Buatan Mulut Ke Hidung
Nafas buatan ini dilakukan bila pernafasan mulut ke mulut sulit misalkan karena trismus, caranya adalah katupkan mulut pasien disertai chin lift, kemudian tiupkan udara seperti pernafasan mulut ke mulut. Buka mulut pasa waktu ekshalasi.



3. Pernafasan Buatan Mulut Ke Sungkup
Penolong meniupkan udara melalui sungkup yang diletakan diatas dan melingkupi mulut serta hidung pasien. Sungkup ini terbuat dari plastik transparan sehingga muntahan dan warna bibir pasien dapat terlihat.
caranya :
- letakkan pasien pada posisi terlentang
- letakkan sungkup pada muka pasien dan dipegang dengan kedua ibu jari
- lakukan head thilt chin lift/jaw thrust, tekan sungkup kemuka pasien agar rapat kemudian tiup melalui lubang sungkup sampai dada terangkat
- hentikan tiupan dan amati turunnya dada.

Gbr. Pernafasan buatan mulut kesungkup


4. Pernafasan Dengan kantung Nafas Buatan
Alat kantung nafas terdiri dari kantung dan katup satu arah yang menempel pada sungkup muka. Volume dari kantung nafas ini 1600 ml. Alat ini bisa digunakan untuk memberikan nafas buatan dengan atau disambungkan dengan sumber oksigen. Bila disambungkan ke oksigen dengan kecepatan aliran 12 liter per menit (ini dapat memberikan konsentrasi oksigen yang diinspirasi sebesar 7,40%), maka penolong hanya memompa sebesar 400-600 ml (6-7ml/kg) dalam 1-2 detik ke pasien, bila tanpa oksigen dipompakan 10 ml/kg berat badan pasien dalam 2 detik. Caranya dengan menempatkan tangan untuk membuka jalan nafas dan meletakkan sungkup menutupi muka dengan teknik E-C Clamp, yaitu ibu jari dan jari telunjuk penolong membentuk huruf "C" dan mempertahankan sungkup dimuka pasien. Jari-jari ketiga, empat dan lima membentuk huruf "E" dengan meletakkannya dibawah rahang bawah untuk mengangkat dagu dan rahang bawah, tindakan ini akan mengangkat lidah dari belakang faring dan membuka jalan nafas.
a. Bila dengan 2 penolong, satu penolong pada posisi diatas kepala pasien menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan kanan untuk mencegah agar tidak terjadi kebocoran disekitar sungkup dan mulut, jari-jari yang lain mengangkat rahang bawah dengan mengekstensikan kepala sembari melihat pergerakan dada. Penolong kedua secara perlahan (2 detik) memompa kantung sampai dada terangkat.
b. Bila 1 penolong, dengan ibu jari dan jari telunjuk melingkari pinggir sungkup dan jari-jari lainnya mengangkat rahang bawah, tangan yang lain memompa kantung nafas sembari melihat dada terangkat.

Gbr. Dua penolong

Gbr. Satu penolong

ANJURAN UNTUK PERNAFASAN BUATAN
Pada awal pemberian pernafasan buatan, berikan 2 kali perlahan (2 detik setiap kali tiupan) dan biarkan ekshalasi sempurna diantara nafas/tiupan. Bila hanya perlu nafas buatan saja, diberikan dengan kecepatan 10-12 nafas permenit, tetapi bila disertai kompresi jantung luar maka diberikan 30 kali kompresi dan 2 nafas per ventilasi untuk 1 atau 2 penolong sampai pasien dilakukan Intubasi trakhea.

CIRCULATION (SIRKULASI)
Henti jantung mengakibatkan tidak adanya tanda-tanda sirkulasi, artinya tidak ada nadi. Pada praktiknya penilaian tanda ada tidaknya sirkulasi oleh penolong adalah:
1. Setelah memberikan 2 kali nafas ke pasien yang tidak sadar, dan tidak bernafas, lihat apakah ada tanda-tanda sirkulasi yakni ada nafas, batuk dan gerakan-gerakan tubuh.
2. Bila pasien tidak bernafas, batuk atau melakukan gerakan, lakukan pemeriksaan nadi karotis.
3. Penilaian ini tidak boleh lebih dari 10 detik.
Catatan : penilaian sirkulasi ini harus dilakukan oleh petugas kesehatan, sedangkan untuk orang awam terlatih (petugas pemadam kebakaran, satpam dll) tidak dianjurkan, pada kelompok orang-orang ini bila mendapatkan poin 1 diatas, segera melakukan kompresi dada.

● Menilai nadi karotis, caranya :
Pertahankan posisi head thilt dengan satu tangan penolong dan tangan lainnya memegang leher pasien dan mencari trakhea dengan 2-3 jari sampai meraba batas trakhea dan otot-otot samping leher tempat lokasi nadi karotis bisa diraba. Dengan tekanan lembut nadi karotis akan teraba, apabila nadi karotis tidak teraba segera lakukan kompresi dada.

Gbr. Letak nadi karotis

●Kompresi dada
Teknik kompresi dada adalah memberikan tekanan pada setengah bawah tulang dada (sternum) berulang-berulang dan berirama.

● menentukan lokasi kompresi dan posisi tangan
- tentukan lokasi kompresi setengah bagian bawah tulang dada dengan telunjuk dan jari tengah menyusur batas bawah iga sampai titik temu dengan sternum
- posisikan tumit tangan satunya diatas sternum tepat disamping telunjuk tersebut. Ini adalah titik tumpu kompresi
- tumit tangan satunya diletakan diatas tangan yang sudah berada tepat di titik kompresi
- jari-jari kedua tangan dirapatkan dan diangkat agar tidak ikut menekan.

Gbr. Lokasi Kompresi dan posisi tangan

● teknik kompresi dada
- penolong mengambil posisi tegak lurus diatas dada pasien dengan siku lengan lurus, menekan sternum sedalam 4-5cm
- ulangi gerakan kompresi, lepas, kompresi, lepas, sekitar 100 kali permenit, rasio kompresi dan melepas 1:1
- setiap selesai 30 kali kompresi dada, buka jalan nafas dan berikan 2 nafas buatan efektif, kemudian kompresi dada lagi 30 kali dan seterusnya
- setiap selesai 5 siklus atau setiap 2 menit, dilakukan penilaian tanda-tanda pernafasan dan sirkulasi.

● penilaian pulihnya sirkulasi
- Setelah 5 siklus kompresi dan ventilasi (rasio 30:2), dinilai kembali keadaan pasien dengan memeriksa tanda-tanda sirkulasi dan dilakukan tidak lebih dari 10 detik
- Bila tanda-tanda sirkulasi tidak ada, teruskan kompresi dada dan ventilasi
- Bila ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan penilaian terhadap pernafasan, yaitu :
  ○ Bila nafas ada, posisikan pasien pada posisi mantap (recovery position) dan pantau pernafasan dan sirkulasi
  ○ Bila nafas tidak ada, berikan nafas buatan 12 kali permenit dan pantau sirkulasi.

● Resusitasi dengan 2 penolong
Apabila ada 2 penolong, ada beberapa hal yg perlu diperhatikan :
1. Jika penolong pertama sedang memberikan nafas buatan, penolong kedua yang baru datang mengambil posisi kompresi dada yang benar. Penolong ini mengambil alih kompresi dada setelah penolong pertama selesai memberikan 2 nafas buatan. Posisi kedua penolong berseberangan dari pasien.
2. Penolong kompresi dada melakukannya dengan hitungan suara yang keras
3. Jika penolong ingin berganti tempat, penolong kompresi memberi aba-aba. Pindah tempat dilakukan akhir kompresi dada ke 30, segera pindah ke posisi nafas buatan dan memberi 2 nafas buatan penolong yang semula memberi nafas buatan pindah ke posisi kompresi dada dan melakukan kompresi segera setelah nafas buatan.

● Komplikasi BLS
1. Regurgitasi, aspirasi
2. Fraktur sternum, costae
3. Pneumothoraks, hemotoraks, kontusio paru
4. Laserasi hati, limpa

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PASA ANAK
SEBAB-SEBAB  HENTI JANTUNG PADA ANAK
1. Kegawatan nafas yang tidak dikelola dengan benar
2. Akibat penyakit atau trauma
3. Masalah gangguan irama jantung primer jarang terutama pada anak umur kurang dari 8 tahun.

TANDA-TANDA HENTI JANTUNG
1. Tidak sadar
2. Pernafasan tidak memadai
3. Tidak ada tanda-tanda sirkulasi (tidak ada nafas, tidak ada batuk, tidak ada gerakan) termasuk tidak asa nadi.

TAHAPAN-TAHAPAN BHD
Tahapan BHD pada anak dilakukan secara berurutan dimulai dengan menilai kesadaran, mengaktifkan LGD/EMS dan tindakan ABC (airway, breathing, circulation).
BHD pada anak umur 8 tahun keatas sama dengan dewasa.

1. Airway (jalan nafas)

● posisi pasien
Bila anak tidak sadar, posisikan anak sebagai satu unit ke posisi terlentang pada alas yang datar dan keras, sehingga bila diperlukan tindakan kompresi dada bisa segera dilakukan.

● buka jalan nafas
Penyebab paling sering sumbatan jalan nafas pada anak yang tidak sadar adalah lidah. Untuk itu segera dilakukan pembukaan jalan nafas dengan cara head thilt chin lift manuever. Apabila penolong adalah petugas kesehatan dan korban ada riwayat trauma kepala atau leher dilakukan jaw thrust manuever.

a. Head thilt chin lift manuever
Letakkan satu tangan diatas kepala anak dan ekstensikan kepala ke belakang. Pada saat yang sama jari-jari tangan yang lain memegang rahang bawah anak dekat dagu dan angkat dagu.

Gbr. Head thilt chin lift manuever

b. Jaw thrust manuever
Untuk membuka jalan nafas digunakan cara angkat rahang bawah, yaitu: tempatkan dua atau tiga jari dibawah kedua sisi rahang bawah yaitu pada sudutnya dan angkat rahang bawah ke atas dan keluar.

Gbr. Jaw thrust manuever

BREATHING

● penilaian pernafasan
Pertahankan jalan nafas terbuka dan melihat tanda-tanda pernafasan anak.
Melihat naik dan turunnya dada dan perut, dengarkan pada hidung dan mulut anak adanya udara ekshalasi dan rasakan gerakan udara yang keluar dari mulut anak dengan pipi penolong. Tindakan ini tidak lebih dari 10 detik.
Apabila anak bernafas spontan dan tidak ada riwayat trauma, posisikan anak ke posisi sisi mantap untuk mempertahankan jalan nafas terbuka.

Gbr. Posisi sisi mantap (Recovery Position)

● pernafasan buatan
Apabila pernafasan tidak ada atau tidak mmemadai, tetap jaga jalan nafas terbuka dan berikan dua nafas buatan pelan (1 detik per nafas).
Pemberian nafas buatan dapat dilakukan dengan :
- pernafasan buatan dari mulut ke mulut dan hidung
- pernafasan buatan dari mulut ke mulut
- pernafasan buatan dengan kantong alat nafas.

1. pernafasan buatan dari mulut ke mulut dan hidung
Bila anak berumur kurang dari 1 tahun, posisikan mulut penolong menutupi mulut dan hidung anak sampai tidak ada kebocoran. 
Tiup kedalam mulut dan hidung bayi dan usahakan dada terangkat pada setiap tiupan.

2. Pernafasan buatan dari mulut ke mulut
Bila anak berumur 1 sampai 8 tahun dilakukan pernafasan buatan dari mulut ke mulut.
Dengam menjaga jalan nafas terbuka, tutup hidung anak dengan ibu jari dan telunjuk penolong, kemudian mulut penolong menutupi mulut anak dan berikan dua kali bantuan nafas sampai terlihat dada terangkat pada setiap bantuan nafas.

3. Pernafasan buatan dengan alat kantong nafas
Untuk memberikan ventilasi dengan kantong nafas harus dipilih ukuran kantong dan sungkup yang sesuai. Sungkup harus dapat menutupi hidung dan mulut anak tanpa menutupi mata dan pipi.
Caranya dengan menempatkan tangan untuk membuka jalan nafas dan meletakkan sungkup menutupi muka anak dengan teknik E-C Clamp yaitu ibu jari dan jari telunjuk penolong membentuk huruf "C" dan mempertahankan sungkup dimuka anak. Jari-jari ketiga, empat dan lima membentuk huruf "E" dengan meletakkannya dibawah rahang bawah untuk mengangkat dagu dan rahang bawah : tindakan ini akan mengangkat lidah dari belakang faring dan membuka jalan nafas.  

Gbr. Pernafasan buatan

Friday 27 March 2015

BASIC TRAUMA CARDIAC LIFE SUPPORT (CIRCULATION)

C. CIRCULATION

Fungsi sistem sirkulasi adalah penghubung antara lingkungan eksternal dan lingkungan cairan internal tubuh, sistem ini membawa nutrisi dan gas ke semual sel, jaringan, organ serta membawa produk akhir metabolisme keluar dari jantung.

a. Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung terletak pada bagian bawah kiri region tengah diantara dinding dada dan paru-paru. Bagian depan dilindungi oleh costa dan sternum, sedangkan bagian belakang dilindungi oleh columna spinalis.
Jantung terbagi atas 4 ruang yaitu 2 ruang bagian atas atau atrium dan 2 ruang bagian bawah atau ventrikel. Fungsi atrium adalah mengakumulasi darah sehingga ventrikel dapat terisi dengan cepat, meminimalkan penundaan dalam siklus pemompaan.
Ventrikel kiri (LV) jantung memompa darah melalui pembuluh darah arteri disirkulasi sistemik kedalam kapiler diseluruh tubuh kemudian darah kembali kejantung melalui vena dan dipompa oleh ventrikel kanan (RV) kedalam sirkulasi paru dan selanjutnya kembali kejantung kiri.

Gbr. Skema peredaran darah besar dan kecil

Pada orang dewasa saat beristirahat jantung berkontraksi antara 60-80 klai per menit. Denyut nadi adalah tanda dari tekanan yang diberikan setiap kontraksi.
Setiap kali jantung memompa, gelombang darah akan dikirimkan melalui arteri. Gelombang tersebut dirasakan sebagai denyut nadi. Dapat dirasakan pada arteri besar yang terletak diatas tulang.
Jantung, paru-paru dan otak bekerjasama untuk mempertahankan kehidupan. Fungsi dari ketiganya saling ketergantungan. Bila salah satu mengalami gangguan dua organ lainnya akan mengalami gangguan pula. Bila salah satu organ tersebut mengalami kegagalan fungsi, maka kedua organ lainnya akan mengalami hal yang sama segera.

Saat jantung berhenti berdenyut, kematian klinis terjadi pada penderita dalam henti nafas dan henti jantung. RJP segera dilakukan untuk mengembalikan keadaan penderita tanpa kerusakan. Kematian klinis terjadi selama 4-6 menit, sel otak mulai mengalami kematian. Setelah 8-10 menit tanpa denyut nadi, kerusakan yg irreversible terjadi pada otak.
Banyak alasan kenapa jantung dapat berhenti, dapat disebabkan oleh penyakit jantung, kejang, stroke, reaksi alergi, diabetes dan penyakit lainnya. Jantung juga dapat berhenti karena cedera yang berat. Pada bayi masalah pernafasan yg berat dapat menyebabkan henti nafas-henti jantung. Kesemuanya berakhir pada satu hasil akhir yakni kegagalan oksigenasi sel, terutama otak dan jantung.

Sirkulasi terdiri dari jantug, pembuluh darah dan darah.
● Frekuensi denyut jantung
Frekuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit, bila kurang dari 60 per menit disebut bradikardi, bila lebih dari 100 per menit disebut takikardi, bradikardi sering ditemukan pada atlit terlatih. Pada bayi frekuensi denyut jantung adalah 120-150 kali per menit, sedangkan pada anak-anak (2-10 tahun) 80-150 kali per menit.
Pada syok bila ditemukan bradikardi merupakan tanda prognostik yg buruk.
● Tekanan darah
Tekanan darah tidak dapat dipercaya sebagai indikator dini pada syok karena
  ○ tekanan darah sistolik tidak dapat turun, sampai kehilangan darah lebih dari 30% volume darah baru akan turun.
  ○ pada penderita hipertensi, tekanan darah mungkin turun, tetapi masih dianggap normal.

Sistolik (dewasa) 100+usia,s/d 150 mmhg sedangkan sistolik (anak s/d 12 tahun) 80+(2 x usia).
Diastolik (dewasa) 65-90 mmhg sedangkan diastolik (anak s/d 13 tahun) 50-80 mmhg.

● Penentuan denyut nadi
Pada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada arteri karotis, yakni medial arteri m.sterno-kleidomastoideus. Sedangkan pada bayi meraba denyut nadi adalah pada arteri brachialis, yakni pada sisi medial lengan atas.

b. Shock
Syok dapat disebabkan berbagai hal. Apapun sebabnya penderita selalu dipasang infus. Gejala syok adalah kulit pucat dan dingin (gangguan perfusi kulit), tachycardia, berkurangnya urin (oliguria sampai anuria karena gangguan perfusi ginjal), gangguan kesadaran (gangguan perfusi otak) dan turunnya tekanan darah (bukan gejala dini). Pengelolaan syok ditujukan terhadap penyebabnya, bila syok karena perdarahan misalnya maka perdarahan harus dihentikan.

c. Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Resusitasi jantung paru telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah diperbaharui secara terus-menerus sepanjang dekade ini. Laju keberhasilannya diartikan sebagai kembalinya tanda-tanda vital yang adekuat dengan kemampuan hidup jangka panjang tanpa komplikasi dan kecacatan.
American Heart Association (AHA) menggunakan 4 akses rantai penyelamatan untuk menggambarkan bahwa waktu merupakan hal yang sangat penting dalam penyelamatan penderita khususnya pada penderita dengan VF (Ventrikel Fibrilasi), SCA (Sunddent Cardiac Arrest). Tiga dari 4 Rantai ini juga relevant untuk penderita dengan henti nafas henti jantung.

Gbr. Chain of Survival

Rantai Penyelamatan tersebut adalah:
1. Cepat menghubungi EMS
2. Cepat melakukan RJP. RJP segera dapat memberikan kesempatan dua atau tiga kali lipat penderita dengan VF, SCA selamat.
3. Cepat melakukan Defibrilasi : RJP dan Defibrilasi pada penderita dapat meningkatkan tingkat penyelamatan 45-75%.
4. Cepat memberikan Bantuan Hidup Lanjut.

Anda dapat mengetahui penderita membutuhkan tindakan RJP dengan memastikan penderita tidak sadar, tidak bernafas dan nadi tidak berdenyut. Kompresi dada berhasil karena menekan jantung diantara sternum dan tulang belakang yang memaksa darah keluar. Bukti terbaru mengindikasikan bahwa meraka menghasilkan perubahan tekanan didalam rongga dada. Tekanan ini yang bertanggung-jawab untuk meningkatkan sirkulasi ke seluruh tubuh.

Saturday 14 March 2015

BASIC TRAUMA CARDIAC LIFE SUPPORT (BREATHING)

B. Breathing
Penentuan adanya jalan nafas yg baik barulah langkah pertama yg penting, langkah kedua adalah memastikan bahwa ventilasi cukup, ventilasi dapat terganggu karena sumbatan jalan nafas, tetapi dapat juga terganggu oleh mekanika pernafasan atau depresi susunan syaraf pusat (ssp).

pernafasan normal
Kecepatan bernafas manusia adalah :
- dewasa : 12-20 kali/menit
- anak - anak : 15-30 kali/menit
- bayi baru lahir : 30-50 kali/menit

Pada orang dewasa abnormal bila pernafasan >30 atau <10 kali/menit, pernafasan umumnya torako-abdominal. Bila pada penderita trauma (yg tidak sadar) ditemukan pernafasan abdominal selalu harus dipikirkan kemungkinan cedera tulang belakang. Pada anak-anak pernafasan abdominal lebih dominan.

Pengenalan gangguan breathing
Bila airway sudah baik, belum tertentu pernafasan akan baik, sehingga perlu selalu dilakukan pemeriksaan apakah pernafasan penderita sudah kuat, adekuat atau belum.
Look, listen dan feel adalah pemeriksaan breathing tetapi baru sebatas untuk mengetahui apakah pasien tersebut masih bernafas atau tidak, nafas normal, kurang dari normal atau lebih dari normal, tetapi belum dapat mengetahui adanya gangguan-gangguan breathing mengancam nyawa, sedang untuk mengetahui hal tersebut perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan:

a. Inspeksi
Perhatikan peranjakan dada simetris atau tidak. Bila asimetris pikirkan kelainan intra torakal. Setiap pernafasan yg sesak harus dianggap sebagai ancaman terhadap oksigenasi.
Selain untuk mengetahui peranjakan dada inspeksi juga dilakukan untuk mengetahui:
● adakah jejas/tidak
● adakah perubahan bentuk/tidak
● adakah pelebaran vena jugularis/tidak
● trakhea terdorong kesalah satu sisi

b. Auskultasi
Auskultasi kedua paru, bising nafas yg berkurang atau menghilang pada satu atau kedua hemitoraks menunjukkan kelainan intra torakal, jangan lupa didengarkan juga detak jantungnya.

c. Perkusi
Perkusi dilakukan pada kedua sisi paru, dimulai dari sisi yg normal, perkusi ini kita lakukan untuk mengetahui adanya suara dull, sonor atau hipersonor.

d. Palpasi
Palpasi ini kita lakukan untuk mengetahui adanya krepitasi/tidak. Berhati-hatilah terhadap tacypnea karena mungkin disebabkan hipoksia.

Gbr. Pemeriksaan Fisik

Pemberian oksigen
Pemberian oksigen selalu diperlukan bila keadaan penderita buruk. Indikasi pemberian oksigen adalah antara lain : 
1. Pada saat Resusitasi Jantung paru (RJP)
2. Setiap penderita trauma barat
3. Setiap nyeri pre-kordial
4. Gangguan paru seperti asthma, copd, dsb
5. Gangguan jantung seperti decompentation cordis, dsb

Pengelolaan breathing 
1. Penderita masih bernafas
Cara pemberian oksigen dapat dengan :
a. Kanul Hidung (nasal kanul)
Kanal hidung lebih dapat ditolerir oleh anak-anak, kekurangan kanal hidung adalah dalam konsentrasi oksigen yg dihasilkan.
Pemberian oksigen melalui kanul tidak bisa lebih dari 6 liter/menit karena tidak berguna untuk meningkatkan konsentrasi oksigen dan iritatif untuk penderita.

b. Face Mask (Rebreathing Mask) 
Masker dengan lubang pada sisinya. Pemakain face mask dalam pemberian oksigen lebih dibandingkan kanul hidung, karena konsentrasi oksigen yg dihasilkan lebih tinggi.

C. Non Breathing Mask
Pada face mask dipasang reservoir oksigen yg mempunyai katup. Bila diinginkan konsentrasi oksigen yg tinggi, maka non-Rebreathing mask paling baik.
Konsentrasi oksigen menurut  cara pemberian :
Udara bebas : 21%
Kanul hidung dengan O² 1-3 liter /menit (lpm) : 21%-32%
Kanul hidung dengan O² 4-6 lpm : 33%-44%
Face Mask (Rebreathing, 6-10 lpm) : 35%-60%
Non-Rebreathing mask (10-15 lpm) : 60%-95% 



2. Penderita dengan nafas tidak adekuat dan henti nafas
Bila penderita tidak sadar belum tentu henti nafas dan henti jantung, oleh karena itu penting untuk memeriksa pernafasan dengan membuka jalan nafas dengan manuver yg tepat, sambil mempertahankan jalan nafas terbuka, lihat dengarkan dan rasakan (raba) adanya nafas atau tidak.

Gbr. Look, Listen and Feel

Bila anda memeriksa penderita selam 10 detik dan penderita tidak bernafas berikan nafas bantuan 2 kali.
a. Pemberian pernafasan bantuan (rescue breathing)
Berikan 2 kali nafas bantuan, tiap satu kali nafas lebih dari satu detik, dengan volume yg cukup sampai terlihat dada mengembang (naik) ini harus dilakukan untuk semua bentuk dalam pemberian ventilasi yaitu pemberian ventilasi selama tindakan RJP(CPR), juga termasuk ventilasi mulut ke mulut dan ventilasi bag-mask.
Berikut merupakan panduan yg memberikan rekomendasi sederhana untuk pemberian pernafasan bantuan selama henti jantung :
● berikan nafas bantuan lebih dari 1 detik
● berikan tidal volume yg cukup (dengan pernafasan mulur-mukur atau bag valve mask, dengan atau tanpa tambahan oksigen) sebagai parameternya dada memgembang atau naik
● hindari pernafasan yg terlalu kuat dan dalam, saat airway definitif (ETT,LMA) terpasang dengan penolong 2 orang, berikan ventilasi dengan jumlah 8-10 kali /menit.

Gbr. Rescue Breathing Mouth-Mouth

b. Pernafasan mulut ke mulut
Bantuan pernafasan melalui mulut ke mulur, memberikan ventilasi kepada penderita.
Caranya buka jalan nafas penderita, jepit hidung penderita, tutup rapat mulut penderita dengan mulut anda dengan rapat, berikan tiupan diatas 1 detik. Bantuan secara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya terinfeksi. Karena itu penolong harus menggunakan barrier-device, mouth to mask Ventilation atau bag valve mask (bagging).
Pada bayi gunakan teknik mulut-mulut hidung, pada anak gunakan teknik mulut-mulut. Penyebab sulitnya pemberian ventilasi adalah jalan nafas yg terbuka tidak sempurna, jadi jika dada penderita tidak mengembang/naik dengan nafas bantuan yg pertama, buka jalan nafas dengan manuver head thilt chin lift dan berikan nafas bantuan kedua.

Gbr. Bag Valve Mask

Gbr. Mouth Barrier Device
                     
         Gbr. Bantuan nafas pada penderita stoma

C. Pernafasan buatan pada penderita dengan stoma
Kadang anda mungkin menemukan penderita yg bernafas dengan lubang dileher, karena telah dilakukan laringektomi, orang tersebut mempunyai stoma yaitu lubang leher bagian depan. Gunakan cara yg sama dengan ventilasi mulut-mulut, tutup kedua hidung dengan mulut penderita, berikan pernafasan melalui stoma.