Monday, 13 April 2015

BTCLS LUKA THERMAL

LUKA THERMAL

● UMUM
Seseorang yang pada suatu saat dalam keadaan sehat dapat tiba-tiba terkena luka bakar yang luas. Seperti kita ketahui kulit adalah organ tubuh yang terluas yang memiliki banyak fungsi diantaranya adalah sebagai pelindung tubuh dari pengaruh lingkungan. Apabila seseorang menderita luka bakar, maka kulit akan mengalami denaturasi protein yang ada didalam sel, sehingga kehilangan fungsinya, kematian sel didalam jaringan akan menimbulkan luka, tentu saja semua jenis sel tubuh dapat rusak karena suhu yang ekstrim ini semakin banyak kulit yang hilang akan semakin berat kehilangan cairan. Dengan demikian orang-orang yang menderita akibat luka bakar menghadirkan salah satu masalah krisis perawatan kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif untuk pencegahan kecacatan dan kematian.
Saat ini luka termal (luka bakar) masih merupakan masalah yang cukup besar dan pertolongan pertama yang baik akan sangat membantu prognosis penderita.

● ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI
Cedera luka bakar mempengaruhi semua sistem organ. Besarnya respon patofisiologis ini adalah berkaitan dengan luasnya luka bakar dan mencapai masa stabil (plateua) ketika terjadi luka bakar kira-kira 60% dari seluruh luas permukaan tubuh. Dinamik kardiovaskuler terpengaruh secara signifikan karena cedera luka bakar dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik.
Kulit terdiri dari atas :
Epidermis, dermis dan subkutis
Gbr. Struktur Kulit

Luka termal dapat diklasifikasikan berdasarkan pada agen penyebab cedera:
1. Termal (cedera terbakar, kontak dan kobaran api)
2. Listrik
3. Bahan kimia
4. Radiasi misalnya sinar ultra-violet atau bahan-baham radio-aktif
Semakin luas luka termal, semakin buruk prognosis. Luka termal lebih dari 90% luas badan hampir selalu akan meninggal.

● KEDALAMAN LUKA BAKAR
Langkah awal penilaian luka bakar adalah melalui pemeriksaan visual berdasarkan tingkat kedalamannya sebagai berikut:
1. Luka bakar derajat 1 (luka bakar superficial)
○ hanya mengenai epidermis
○ kulit terlihat merah, meradang, terasa sakit bila disentuh
○ secara umum tidak ada terapi yang dibutuhkan
Gbr. Luka bakar derajat 1

2. Luka bakar derajat II (mengenai sebagian ketebalan kulit) :
○ mengenai epidermis dan dermis
○ kulit terlihat merah, melepuh, atau luka terlihat berair (weeping wounds)
○ penderita mengeluh sangat sakit
○ dapat terjadi syok

 
Gbr. Luka bakar derajat 2

3. Luka bakar derajat III (mengenai seluruh lapisan kulit) :
○ mengenai epidermis, dermis dan jaringan sub kutan (mungkin juga lebih dalam)
○ kulit terlihat agak putih, coklat dan pucat
○ penderita tidak merasa sakit
○ tidak ada kapiler yang terisi

Gbr. Luka bakar derajat 3

● LUAS LUKA BAKAR
Untuk mengetahui keparahan luka termal, beberapa faktor harus diperhatikan :
1. Persentasi luas permukaan tubuh (LPT) yang terbakar
2. Kedalaman luka bakar
3. Letak amatomis luka bakar
4. Cedera inhalasi
5. Usia korban
6. Riwayat medis
7. Cidera yang bersamaan

Luas luka termal harus dapat diketahui, karena akam masuk dalam laporan medik. Menduga luad luka termal dapat dihitung dengan "Rule Of 9" (rumus 9), yaitu ada 11 daerah masing-masing 9%, dengan perineum 1% (total 9%).
Gbr. Rule of 9

Kesebelas daerah ini adalah :
1. Kepala
2. Dada
3. Punggung
4. Perut
5. Pinggang
6. Lengan kiri
7. Lengan kanan
8 & 9. Tungkai kiri
10 & 11. Tungkai kanan
Untuk anak-anak rumus ini tidak dapat dipakai karena kepala yang relatif besar dan ekstremitas yang relatif kecil. Untuk mudahnya dapat dipakai patokan berikut:

TELAPAK TANGAN PENDERITA (TANPA JARI) = 1%

● LUKA BAKAR (akibat suhu panas)
Biasanya luka bakar karena air panas akan lebih dangkal dibandingkan karena api. Ini buka merupakan rumus, karena uap panas yang berasal dari semburan mesin, dapat sangat panas, sehingga menyebabkan luka bakar yang dalan. Selain itu tentunya dapat disebabkan terbakar langsung.

● PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR:
PERAWATAN AWAL DITEMPAT KEJADIAN
- prioritas pertama adalah menghentikan proses kebakaran dan mencegah diri sendiri.
- nyala api harus dimatikan dengan air atau menutupinya dengan selimut atau korban harus digulingkan ditanah. Apabila api disebabkan karena bensin atau minyak, maka menyiram dengan air dalam jumlah sedikit, hanya akan memperbesar api.
- pakaian yang teebakar, meleleh, ikat pinggang dan perhiasan harus dilepas sebelum mulai terjadi pembengkakkan. Pakaian dan perhiasan dapat menahan panas dan dapat menyebabkan luka bakar berlanjut sampai ke jaringan yang lebih dalam. Perlu diketahui bahwa proses pendalaman ini hanya akan berlangsung selama 15 menit, sehingga apabila paramedik tiba setelah 15 menit, usaha ini akan sia-sia.
- pada cedera kimia semua pakaian harus dilepas dan bagian yang luka harus dibilas dengan air yang sangat banyak.
- pada cedera sengatan listrik korban harus dipindahkan dari pengaruh arus listrik dengan benda yang tidak menghantarkan arus listrik untuk menjamin keamanan penolong.

● PRIMARY SURVEY
lakukan tindakan kedaruratan sebagai berikut :
1. Airway
Pada permulaannya airway baisanya tidak terganggu, dalam keadaan ekstrim bisa saja airway terganggu, misalnya karena lama berada dalam ruangan tertutup yang terbakar sehingga terjadi pengaruh panas yang lama terhadap jalan nafas. Menghisap gas atau partikel karbon yang terbakar dalam jumlah banyak juga akan dapat mengganggu airway. Pada permulaan penyumbatan airway tidak total, sehingga akan timbul suara stridor/crowing. Bila menimbulkan sesak berat (apalagi bila.dapat monitor saturasi O² dan kurang dari 95%) maka ini merupakan indikasi mutlak untuk segera intubasi. Apabila obstruksi parsial ini dibiarkan, maka pasti akan menjadi total dengan akibat kematian penderita.

2. Breathing
Gangguan breathing yang timbul cepat dapat disebabkan karena :
- inhalasi partikel-partikel panas yang menyebabkan proses peradangan dan edema pada saluran nafas yang paling kecil. Mengatasi sesak yang terjadi adalah dengan penganan yang agresif.
- keracunan CO² (carbon monooksida), asap dan api mengandung CO². Apabila penderita berada dalam ruangan tertutup yang terbakar, maka kemungkinan keracunan CO cukup besar. Diagnostiknya sulit (apalagi di pra-RS). Kulit yang berwarna merah terang biasanya belum terlihat. Pulse oksimeter akan menunjukan tingkat saturasi O² yang cukup, walaupun penderita dalam keadaan sesak.
Bila diduga kemungkinan keracunan CO, maka diberikan O² 100% (dengan non breathing mask, ataupun bila perlu ventilasi tambahan dengan BVM yang ada reservoir O²).

3. Circulation
Kulit yang terbuka akan menyebabkan penguapan air yang berlebih dari tubuh, dengan akibat terjadinya dehidrasi. Walaupun dehidrasi akan terjadi agak lambat, namun pemasangan infus pada luka bakar diatas 15% merupakan indikasi.

Jumlah cairan yang diberikan adalah menurut RUMUS BAXTER :
= 4cc/kgBB/%luka bakar/24jam
= separuhnya diberikan dalam 8 jam pertama, separuhnya lagi dalam 16 jam berikut

Contoh :
Penderita 50 kg, luas luka bakar 20%
Penderita akan mendapat 50x20x4cc/24jam= 4000cc/24jam
Separuhnya = 2000cc (4kolf) dalam 8 jam pertama.
Catatan : 2000ccX20(tetes infus set) / 4(jam) X 60 (menit) =kurang lebih 80 tetes/menit

Sebenarnya rumus diatas tidak tepat karena banyak faktor tidak diperhitungkan dalam rumus ini. Luka bakar yang lebih dalam misalnya akan mengakibatkan kehilangan cairan yang lebih banyak.
Dengan demikian, maka rumus diatas hanya merupakan patokan awal, dan menilai cukupnya cairan yang diberikan lebih tepat dengan menilai produksi urin setiap jam (30-50cc setiap jam pada orang dewasa).
Bila masa pra-RS hanya singkat, maka tidak perlu pemasangan kateter uretra (pemasangan DC, dauer catheter). Namun dalam keadaan khusus dimana masa pra-RS lama (transportasi yang sangat lama), maka perlu pemasangan DC sehingga dapat dilakukan monitoring produksi urin.
Pasien harus ditutupi selimut yang tidak melekat atau tidak berbulu untuk mencegah hipotermia.
Air atau normal salin yang dingin, steril dapat diberikan pad luka untuk mengurangi nyeri. Batu es dan air es tidak boleh diberikan karena dingin yang ekstrim dapat menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut.

No comments:

Post a Comment