Monday 13 April 2015

BTCLS SHOCK

SHOCK

● Anatomi
Shock adalah kumpulan gejala akibat penurunan fungsi jaringan yang diikuti oleh penurunan kadar oksigen dalam darah, sel dan berbagai kegagalan fungsi organ vital. Shock menyebabkan penurunan kadar O² sehingga terjadi kegagalan produksi energi dan penggunaan energi sehingga hilangnya keutuhan dari sel jaringan dan kegagalan fungsi organ yang menyebabkan kematian. Shock merupakan akhir dari proses penyakit. Perfusi jaringan yang normal terdiri dari 3 mekanisme :
1. Fungsi pompa : jantung (the heart)
2. Adekuat volume : darah dan plasma
3. Sistem pembuluh darah
Dimana dari ketiga sistem ini saling berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap terjadinya shock dan transport oksigenisasi dan nutrisi ke seluruh organ tubuh.
Gbr. Peredaran darah manusia

● Cairan
Volume cairan didalam vaskuler harus sebanding dengan kapasitas pembuluh darah. Perubahan nilai perbandingan ini akan berpengaruh terhadap aliran darah baik secara positif ataupun negatif.
60% berat tubuh manusia adalah air, air didalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen yaitu intraseluler dan ekstraseluler (yang terdiri dari intersisial dan intravaskuler) cairan intersisial berada disekeliling sel, yang dimaksud jenis ini adalah cairan serebrospinal (pada otak dan cairan sinovial sendi). Jumlah cairan intersisial sebanyak 15% berat tubuh. Cairan intravaskuler membentuk komponen darah di dalam pembuluh darah dan banyaknya sekitar 7% berat tubuh.

● Patofisiologi
Dasar patofisiologi dari shock adalah kegagalan dalam pengangkutan oksigen ke seluruh organ dalam tubuh.
Secara klinis shock ditandai dengan penurunan tanda-tanda vital berupa : lemahnya nadi, takikardia, hipotensi, pernafasan tambah cepat, penurunan temperatur. Setiap shock yang harus dimonitor adalah tanda vital, ritme jantung, PaO² dan produksi urine. Produksi urine harus dimonitor secara terus menerus karena penurunan produksi urin dapat terjadi sangat cepat pada shock.

● Tanda Dan Gejala :
1. Akral dingin
2. Mual, muntah
3. Gelisah
4. Penurunan kesadaran
5. Koma
6. Nafas cepat
7. Hipotensi
8. Takikardia
9. Nadi dangkal, cepat
10. Jumlah urine menurun

● Toleransi organ terhadap iskemia
- Organ jantung, otak, paru masa iskemia 4-6 menit
- ginjal, hati, G I masa iskemia 45-90 menit
- otot, tulang, kulit masa iskemia 4-6 jam

● Macam - macam shock berdasarkan penyebab
- shock hipovolemik, yang disebabkan oleh perdarahan maupun muntaber.
- shock kardiogenik, yang disebabkan oleh daya pompa jantung misalnya pada miokard infark.
- shock anafilaktik
- shock septik

● Penatalaksanaan 
Secara general prinsip dari manajemen shock dari banyak kasus adalah sebagai berikut :
- jaga dan stabilkan airway, waspada jangan sampai pasien muntah
- pemberian oksigen jika diperlukan
- hentikan perdarahan
- jaga temperatur pasien dalam keadaan normal
- atur posisi kepala, kaki elevasi 30˚
Gbr. Posisi Trendelenburg

- monitor vital sign
- monitor cardiac rhythm 
- monitor tingkat kesadaran

● Shock hipovolemik
Shock hipovolemik ditandai dengan menurunnya volume intravaskuler baik oleh karena perdarahan maupun karena hilangnya cairan tubuh. Dimana volume darah orang dewasa 7% dari berat badan.

● Shock kardiogenik 
Didefinisikan sebagai shock yang terjadi akibat kegagalan pompa jantung, untuk terapi penatalaksanaan sama dengan shock lainnya pertahankan ABC.

● Shock Anafilaktik 
Shock Anafilaktik adalah yang terjadi secara akut yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap makanan, serangan serangga atau obat. Shock ini terjadi selama 60 menit setelah pemberian antigen dan menyebabkan terjadi kegagala  sirkulasi dan respirasi.
Shock Anafilaktik dibagi atas dua tipe :
1. Reaksi hipersensitif 
Secara serologis terdapatnya antigen, antibodi IgE dan terdapatnya mediator yang dilepaskan sel mast atau basofil. Faktor mediator ini menyebabkan permeabilitas kapiler bertambah, dilatasi pembuluh sistemik, vasokonstriksi pulmoner, bronko konstriksi, aritmia dan negatif inotropik.
2. Reaksi anafilaktoid 
Sama dengan reaksi hipersensitif akan tetapi tidak terdapat antigen IgE. Shock Anafilaktik seperti ini disebabkan oleh kontras media atau aspirin.

● terapi 
Pada umumnya sama dengan penatalaksanaan shock lainnya yaitu : 
1. Pertahankan ABC
2. Atur posisi pasien dengan ekstremitas bawah lebih tinggi

D. Shock Septik
Shock septik terjadi akibat dari infeksi yang berat dan sebagai komplikasi penyakit yang beragam. Disebut juga dengan sepsis, septikemia, shock endotoksik oleh karena patofisiologi yang beragam. 

● penyebab
1. Bakteri
2. Jamur
3. Virus

● tanda dan gejala
1. Hipertermia 
Suhu badan lebih tinggi dari normal (36,5 ˚C - 36,8˚C)
2. Hipotermia 
Suhu badan lebih rendah dari normal
3. Takikardia
Denyut nadi lebih cepat dari normal (80-100 kali permenit)
4. Takipnea 
Nafas lebih cepat dari normal (10-12 kali permenit) 
5. Mual dan muntah.

KESIMPULAN
Shock adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh karena menurunnya tekanan darah yang berhubungan dengan berkurangnya fungsi jantung, berkurangnya volume vaskuler, Obstruksi pembuluh darah atau vasodilatasi yang umum. Pada fase pertama terjadi kompensasi neural dan hormonal, akan tetapi bila kompensasi terlampaui maka pada fase selanjutnya tekanan darah menurun dan terjadilah gangguan pada beberapa bagian organ tubuh sehingga menyebabkan kegagalan multi organ. 

BTCLS LUKA THERMAL

LUKA THERMAL

● UMUM
Seseorang yang pada suatu saat dalam keadaan sehat dapat tiba-tiba terkena luka bakar yang luas. Seperti kita ketahui kulit adalah organ tubuh yang terluas yang memiliki banyak fungsi diantaranya adalah sebagai pelindung tubuh dari pengaruh lingkungan. Apabila seseorang menderita luka bakar, maka kulit akan mengalami denaturasi protein yang ada didalam sel, sehingga kehilangan fungsinya, kematian sel didalam jaringan akan menimbulkan luka, tentu saja semua jenis sel tubuh dapat rusak karena suhu yang ekstrim ini semakin banyak kulit yang hilang akan semakin berat kehilangan cairan. Dengan demikian orang-orang yang menderita akibat luka bakar menghadirkan salah satu masalah krisis perawatan kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif untuk pencegahan kecacatan dan kematian.
Saat ini luka termal (luka bakar) masih merupakan masalah yang cukup besar dan pertolongan pertama yang baik akan sangat membantu prognosis penderita.

● ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI
Cedera luka bakar mempengaruhi semua sistem organ. Besarnya respon patofisiologis ini adalah berkaitan dengan luasnya luka bakar dan mencapai masa stabil (plateua) ketika terjadi luka bakar kira-kira 60% dari seluruh luas permukaan tubuh. Dinamik kardiovaskuler terpengaruh secara signifikan karena cedera luka bakar dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik.
Kulit terdiri dari atas :
Epidermis, dermis dan subkutis
Gbr. Struktur Kulit

Luka termal dapat diklasifikasikan berdasarkan pada agen penyebab cedera:
1. Termal (cedera terbakar, kontak dan kobaran api)
2. Listrik
3. Bahan kimia
4. Radiasi misalnya sinar ultra-violet atau bahan-baham radio-aktif
Semakin luas luka termal, semakin buruk prognosis. Luka termal lebih dari 90% luas badan hampir selalu akan meninggal.

● KEDALAMAN LUKA BAKAR
Langkah awal penilaian luka bakar adalah melalui pemeriksaan visual berdasarkan tingkat kedalamannya sebagai berikut:
1. Luka bakar derajat 1 (luka bakar superficial)
○ hanya mengenai epidermis
○ kulit terlihat merah, meradang, terasa sakit bila disentuh
○ secara umum tidak ada terapi yang dibutuhkan
Gbr. Luka bakar derajat 1

2. Luka bakar derajat II (mengenai sebagian ketebalan kulit) :
○ mengenai epidermis dan dermis
○ kulit terlihat merah, melepuh, atau luka terlihat berair (weeping wounds)
○ penderita mengeluh sangat sakit
○ dapat terjadi syok

 
Gbr. Luka bakar derajat 2

3. Luka bakar derajat III (mengenai seluruh lapisan kulit) :
○ mengenai epidermis, dermis dan jaringan sub kutan (mungkin juga lebih dalam)
○ kulit terlihat agak putih, coklat dan pucat
○ penderita tidak merasa sakit
○ tidak ada kapiler yang terisi

Gbr. Luka bakar derajat 3

● LUAS LUKA BAKAR
Untuk mengetahui keparahan luka termal, beberapa faktor harus diperhatikan :
1. Persentasi luas permukaan tubuh (LPT) yang terbakar
2. Kedalaman luka bakar
3. Letak amatomis luka bakar
4. Cedera inhalasi
5. Usia korban
6. Riwayat medis
7. Cidera yang bersamaan

Luas luka termal harus dapat diketahui, karena akam masuk dalam laporan medik. Menduga luad luka termal dapat dihitung dengan "Rule Of 9" (rumus 9), yaitu ada 11 daerah masing-masing 9%, dengan perineum 1% (total 9%).
Gbr. Rule of 9

Kesebelas daerah ini adalah :
1. Kepala
2. Dada
3. Punggung
4. Perut
5. Pinggang
6. Lengan kiri
7. Lengan kanan
8 & 9. Tungkai kiri
10 & 11. Tungkai kanan
Untuk anak-anak rumus ini tidak dapat dipakai karena kepala yang relatif besar dan ekstremitas yang relatif kecil. Untuk mudahnya dapat dipakai patokan berikut:

TELAPAK TANGAN PENDERITA (TANPA JARI) = 1%

● LUKA BAKAR (akibat suhu panas)
Biasanya luka bakar karena air panas akan lebih dangkal dibandingkan karena api. Ini buka merupakan rumus, karena uap panas yang berasal dari semburan mesin, dapat sangat panas, sehingga menyebabkan luka bakar yang dalan. Selain itu tentunya dapat disebabkan terbakar langsung.

● PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR:
PERAWATAN AWAL DITEMPAT KEJADIAN
- prioritas pertama adalah menghentikan proses kebakaran dan mencegah diri sendiri.
- nyala api harus dimatikan dengan air atau menutupinya dengan selimut atau korban harus digulingkan ditanah. Apabila api disebabkan karena bensin atau minyak, maka menyiram dengan air dalam jumlah sedikit, hanya akan memperbesar api.
- pakaian yang teebakar, meleleh, ikat pinggang dan perhiasan harus dilepas sebelum mulai terjadi pembengkakkan. Pakaian dan perhiasan dapat menahan panas dan dapat menyebabkan luka bakar berlanjut sampai ke jaringan yang lebih dalam. Perlu diketahui bahwa proses pendalaman ini hanya akan berlangsung selama 15 menit, sehingga apabila paramedik tiba setelah 15 menit, usaha ini akan sia-sia.
- pada cedera kimia semua pakaian harus dilepas dan bagian yang luka harus dibilas dengan air yang sangat banyak.
- pada cedera sengatan listrik korban harus dipindahkan dari pengaruh arus listrik dengan benda yang tidak menghantarkan arus listrik untuk menjamin keamanan penolong.

● PRIMARY SURVEY
lakukan tindakan kedaruratan sebagai berikut :
1. Airway
Pada permulaannya airway baisanya tidak terganggu, dalam keadaan ekstrim bisa saja airway terganggu, misalnya karena lama berada dalam ruangan tertutup yang terbakar sehingga terjadi pengaruh panas yang lama terhadap jalan nafas. Menghisap gas atau partikel karbon yang terbakar dalam jumlah banyak juga akan dapat mengganggu airway. Pada permulaan penyumbatan airway tidak total, sehingga akan timbul suara stridor/crowing. Bila menimbulkan sesak berat (apalagi bila.dapat monitor saturasi O² dan kurang dari 95%) maka ini merupakan indikasi mutlak untuk segera intubasi. Apabila obstruksi parsial ini dibiarkan, maka pasti akan menjadi total dengan akibat kematian penderita.

2. Breathing
Gangguan breathing yang timbul cepat dapat disebabkan karena :
- inhalasi partikel-partikel panas yang menyebabkan proses peradangan dan edema pada saluran nafas yang paling kecil. Mengatasi sesak yang terjadi adalah dengan penganan yang agresif.
- keracunan CO² (carbon monooksida), asap dan api mengandung CO². Apabila penderita berada dalam ruangan tertutup yang terbakar, maka kemungkinan keracunan CO cukup besar. Diagnostiknya sulit (apalagi di pra-RS). Kulit yang berwarna merah terang biasanya belum terlihat. Pulse oksimeter akan menunjukan tingkat saturasi O² yang cukup, walaupun penderita dalam keadaan sesak.
Bila diduga kemungkinan keracunan CO, maka diberikan O² 100% (dengan non breathing mask, ataupun bila perlu ventilasi tambahan dengan BVM yang ada reservoir O²).

3. Circulation
Kulit yang terbuka akan menyebabkan penguapan air yang berlebih dari tubuh, dengan akibat terjadinya dehidrasi. Walaupun dehidrasi akan terjadi agak lambat, namun pemasangan infus pada luka bakar diatas 15% merupakan indikasi.

Jumlah cairan yang diberikan adalah menurut RUMUS BAXTER :
= 4cc/kgBB/%luka bakar/24jam
= separuhnya diberikan dalam 8 jam pertama, separuhnya lagi dalam 16 jam berikut

Contoh :
Penderita 50 kg, luas luka bakar 20%
Penderita akan mendapat 50x20x4cc/24jam= 4000cc/24jam
Separuhnya = 2000cc (4kolf) dalam 8 jam pertama.
Catatan : 2000ccX20(tetes infus set) / 4(jam) X 60 (menit) =kurang lebih 80 tetes/menit

Sebenarnya rumus diatas tidak tepat karena banyak faktor tidak diperhitungkan dalam rumus ini. Luka bakar yang lebih dalam misalnya akan mengakibatkan kehilangan cairan yang lebih banyak.
Dengan demikian, maka rumus diatas hanya merupakan patokan awal, dan menilai cukupnya cairan yang diberikan lebih tepat dengan menilai produksi urin setiap jam (30-50cc setiap jam pada orang dewasa).
Bila masa pra-RS hanya singkat, maka tidak perlu pemasangan kateter uretra (pemasangan DC, dauer catheter). Namun dalam keadaan khusus dimana masa pra-RS lama (transportasi yang sangat lama), maka perlu pemasangan DC sehingga dapat dilakukan monitoring produksi urin.
Pasien harus ditutupi selimut yang tidak melekat atau tidak berbulu untuk mencegah hipotermia.
Air atau normal salin yang dingin, steril dapat diberikan pad luka untuk mengurangi nyeri. Batu es dan air es tidak boleh diberikan karena dingin yang ekstrim dapat menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut.

Sunday 29 March 2015

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)
● Tujuan BHD
mempertahankan pernafasan dan sirkulasi yg adekuat sampai kondisi yg menyebabkan henti nafas dan henti jantung dapat diatasi.

● Definisi Henti Nafas dan Henti Jantung
Henti nafas adalah apabila pernafasan berhenti (apnea). Sedangkan henti jantung adalah apabila jantung berhenti berkontraksi dan memompa darah. Kedua keadaan ini saling kait-mengkait.

● Sebab-Sebab Henti Nafas dan Henti Jantung
Henti nafas dapat disebabkan oleh gangguan atau penyakit pada jalan nafas atau pernafasan (primer) dan henti jantung diakibatkan gangguan atau penyakit kardiovaskular (primer). Meskipun demikian banyak penyakit-penyakit yg secara sekunder akan membahayakan pernafasan dan jantung yg pada akhirnya mengakibatkan henti nafas dan henti jantung.
Sistem kardiovaskuler dan pernafasan selalu berinteraksi.

● Sebab-sebab henti nafas
a.  Sumbatan jalan nafas
Sumbatan jalan nafas dapat terjadi total atau sebagian. Sumbatan jalan nafas total dengan cepat dapat menyebabkan edema otak atau edema paru, kelelahan bernafas, apnea sekunder dan kerusakan otak karena hipoksia seperti pada henti jantung.
Sebab-sebab sumbatan jalan adalah:
1. Darah
2. Muntahan
3. Benda asing
4. Trauma langsung pada wajah atau tenggorokan
5. Spasme larings, bronkus
6. Radang
7. Depresi susunan syaraf pusat oleh karena trauma kepala, tumor, gangguan metabolik dan obat-obatan misalnya narkotika.

b. Gangguan atau pemyakit paru
Kelainan patologis paru yg berat akan memperburuk oksigenasi dan ventilasi, yaitu:
1. Infeksi
2. Aspirasi
3. Asthma bronkhial
4. Edema paru
5. Kontusio paru
6. Pneumotoraks, hematoraks

c. Gangguan neuromuskular
Otot-otot pernafasan utama adalah diafragma dan otot-otot interkostal. Otot-otot interkostal dapat lumpuh bila terjadi kerusakan pada vertebra servikalis. Mislanya pada:
1. Myasthenia gravis
2. Sindrom guillain-barre
3. Multiple sclerosis
4. Poliomyelitis
5. Kyphoscoliosis
6. Distrofi muskuler
7. Penyakit motor neuron

●Sebab-sebab henti jantung
Sebab henti jantung dapat primer atau sekunder.
henti jantung primer adalah apabila penyebab yang langsung terjadi dari jantung, yaitu:
1. Gagal jantung
2. Temponade jantung
3. Miokarditis
4. Kardiomiopatik hipertrofik
5. Fibrilasi ventrikel akibat : iskemia miokardium, infark miokardium, sengatan listrik, obat-obatan, gangguan listrik.

henti jantung sekunder terjadi akibat gangguan yang berasal dari luar jantung, misalnya:
1. Asfiksia karena sumbatan jalan nafas
2. Anoksia karena tercekik, edema paru
3. Kehilangan darah banyak yang akut
4. Hipoksemia karena anemia
5 syok septik stadium hari

●Indikasi BHD
1. Henti jantung
2. Henti nafas

● Tahapan-tahapan BHD
tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan dengan tindakan.
urutan tahapan BHD adalah menilai, mengaktifkan LGD/EMS (Emergency medical System), melakukan tindakan ABCD.

●Menilai kesadaran
Memeriksa pasien dan lihat responnya dengan menggoyang bahu pasien dengan lembut dan bertanya cukup keras "apakah kami baik-baik saja?" Atau "siapa namamu"
1. Bila pasien menjawab atau bergerak, biarkan pasien tetap lasa posisi ditemukan, kecuali bila ada bahaya pada posisi tersebut dan dipanta5 secara terus-menerus.
2. Bila pasien tidak memberikan respon, aktifkan EMS/LGD. Berteriaklah mencari bantuan, sembari buka jalan nafas.

Gbr. Menilai Kesadaran

Mengaktifkan Unit Gawat Darurat / UGD (Emergency Medical System = EMS) 
Meminta bantuan atau dengan berteriak atau menelepon UGD/EMS misalnya 118.
Pada waktu meminta bantuan sebutkan lokasi kejadian, jenis kejadian (misalnya serangan jantung, trauma, dll) beberapa pasien yang perlu bantuan, kondisi pasien, bantuan apa yang sudah diberikan, dll)

AIRWAY
apabila pasien tidak memberikan respon, pastikan apakah pasien bernafas dengan sempurna. Untuk menilai pernafasan, pasien harus pada posisi terlentang dengan jalan nafas terbuka.
○Posisi pasien
Posisi pasien terbaik untuk dinilai pernafasan dan diberi bantuan resusitasi adalah pasien posisi terlentang pada dasar yang keras dan datar. Apabila pada saat ditemukan pasien pada posisi telungkup, maka harus ditelentangkan secara simultan antara kepala, bahu dan dada tanpa memutar badan (teknik roll-on)
○Posisi penolong
Posisi penolong disamping pasien, posisi siap untuk melakukan pemberian nafas buatan dan kompresi dada.
○buka jalan nafas
Pada pasien yang tidak sadar, maka tonus otot-otot rahang lemah sehingga lidah dan epiglotis dapat menyumbat farings atau jalan nafas atas.
Penolong dapat membuka jalan nafas dengan cara angkat kepala, angkat dagu (head thilt chin lift Manuever), cara lain untuk membuka jalan nafas adalah dorong rahang bawah (jaw thrust Manuever). Cara ini hanya boleh dilakukan oleh penolong seorang petugas kesehatan dan korban ada riwayat trauma kepala atau leher.
Dengan cepat bersihkan muntahan atau benda asing yang nampak ada dalam mulut.
○head thilt chin lift Manuever
Posisikan telapak tangan pada dahi smabil mendorong dahi kebelakang, pada waktu yang bersamaan, ujung jari tangan yang lain mengangkat dagu. Ibu jari dan telunjuk harus bebas agar dapat digunakan menutup hidung jika perlu memberikan nafas buatan. 
○jaw thrust Manuever
Posisikan setiap tangan pada sisi kanan dan kiri kepala pasien, dengan siku bersandar pada permukaan tempat pasien terlentang dan pegang sudut rahang bawah dan angkat dengan kedua tangan akan mendorong rahang bawah depan.

Gbr. Head thilt-chin lift manuever dan jaw thrust manuever

BREATHING
Sambil mempertahankan jalan nafas terbuka, dinilai pernafasan dengan mendekatkan telinga ke hidung dan mulut pasien.
Look, Feel and Listen ada tidaknya udara keluar masuk :
- lihat pergerakan naik turunnya dada
- dengar suara nafas pada mulut pasien
- rasakan hembusan nafas dipipi

Gbr. Menilai Pernafasan

Penilaian ini dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik.
Bila pernafasan memadai:
Posisikan pasien pada posisi mantap (recovery position) bila tidak ada riwayat trauma leher, pantau terus pasien dan mencari bantuan. Bila tidak ada pernafasan cari bantuan (aktifkan LGD/EMS), pasien diposisikan telentang, buka jalan nafas dan bersihkan sumbatan yang terlihat didalam mulut pasien dan berikan bantuan pernafasan buatan.

○ Posisi sisi mantap (recovery position)
Pada pasien yang tidak sadar, bernafas spontan dan teraba sirkulasi spontan, maka pertolongan ditujukan untuk mempertahankan jalan nafas bebas dari sumbatan lidah dan mengurangi terjadinya aspirasi isi lambung. Oleh karena itu pasien diatur pada posisi mantap, yaitu:
- lengan yang dekat penolong diluruskan kearah kepala.
- lengan yang satunya menyilang dada, kemudian tekankan tangan tersebut ke pipinya.
- tarik tungkai hingga tubuh pasien terguling kearah penolong, baringkan miring dengan tungkai atas membentuk sudut dan menahan tubuh dengan stabil agar tidak menelungkup.
- periksa pernafasan terus menerus.

Gbr. Posisi Sisi Mantap (Recovery Position)

○ pernafasan buatan
Bantuan ini harus diberikan pada semua pasien yang tidak bernafas atau pernafasannya tidak memadai. Nafas buatan dimulai dengan 2 kali nafas pelan, efektif (dalam 1 detik), kemudian dilanjutkan nafas buatan 12x/menit.
Beberapa cara memberikan bantuan pernafasan buatan adalah:
- pernafasan buatan mulut ke mulut
- pernafasan buatan mulut ke hidung
- pernafasan buatan mulut ke sungkup
- pernafasan buatan dengan kantung nafas buatan (bag mask device)

1. Pernafasan Buatan Mulut ke Mulut
Nafas buatan mulut ke mulut adalah cara yang paling sederhana, cepat meskipun menggunakan udara ekhalasi penolong dengan kadar oksigen sekitar 16% saja.
caranya :
- pertahankan head thilt chin lift
- jepit hidung dengan ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang melakukan head thilt
- buka sedikit mulut pasien
- tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong melingkari mulut pasien, kemudian tiupkan lambat, setiap tiupan selama 2 detik dan pastikan sampai daa terangkat.
- tetap pertahankan head thilt chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut pasien, lihat apakah dada pasien turun waktu ekshalasi.

Gbr. Pernafasan buatan mulut ke mulut

2. Pernafasan Buatan Mulut Ke Hidung
Nafas buatan ini dilakukan bila pernafasan mulut ke mulut sulit misalkan karena trismus, caranya adalah katupkan mulut pasien disertai chin lift, kemudian tiupkan udara seperti pernafasan mulut ke mulut. Buka mulut pasa waktu ekshalasi.



3. Pernafasan Buatan Mulut Ke Sungkup
Penolong meniupkan udara melalui sungkup yang diletakan diatas dan melingkupi mulut serta hidung pasien. Sungkup ini terbuat dari plastik transparan sehingga muntahan dan warna bibir pasien dapat terlihat.
caranya :
- letakkan pasien pada posisi terlentang
- letakkan sungkup pada muka pasien dan dipegang dengan kedua ibu jari
- lakukan head thilt chin lift/jaw thrust, tekan sungkup kemuka pasien agar rapat kemudian tiup melalui lubang sungkup sampai dada terangkat
- hentikan tiupan dan amati turunnya dada.

Gbr. Pernafasan buatan mulut kesungkup


4. Pernafasan Dengan kantung Nafas Buatan
Alat kantung nafas terdiri dari kantung dan katup satu arah yang menempel pada sungkup muka. Volume dari kantung nafas ini 1600 ml. Alat ini bisa digunakan untuk memberikan nafas buatan dengan atau disambungkan dengan sumber oksigen. Bila disambungkan ke oksigen dengan kecepatan aliran 12 liter per menit (ini dapat memberikan konsentrasi oksigen yang diinspirasi sebesar 7,40%), maka penolong hanya memompa sebesar 400-600 ml (6-7ml/kg) dalam 1-2 detik ke pasien, bila tanpa oksigen dipompakan 10 ml/kg berat badan pasien dalam 2 detik. Caranya dengan menempatkan tangan untuk membuka jalan nafas dan meletakkan sungkup menutupi muka dengan teknik E-C Clamp, yaitu ibu jari dan jari telunjuk penolong membentuk huruf "C" dan mempertahankan sungkup dimuka pasien. Jari-jari ketiga, empat dan lima membentuk huruf "E" dengan meletakkannya dibawah rahang bawah untuk mengangkat dagu dan rahang bawah, tindakan ini akan mengangkat lidah dari belakang faring dan membuka jalan nafas.
a. Bila dengan 2 penolong, satu penolong pada posisi diatas kepala pasien menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan kanan untuk mencegah agar tidak terjadi kebocoran disekitar sungkup dan mulut, jari-jari yang lain mengangkat rahang bawah dengan mengekstensikan kepala sembari melihat pergerakan dada. Penolong kedua secara perlahan (2 detik) memompa kantung sampai dada terangkat.
b. Bila 1 penolong, dengan ibu jari dan jari telunjuk melingkari pinggir sungkup dan jari-jari lainnya mengangkat rahang bawah, tangan yang lain memompa kantung nafas sembari melihat dada terangkat.

Gbr. Dua penolong

Gbr. Satu penolong

ANJURAN UNTUK PERNAFASAN BUATAN
Pada awal pemberian pernafasan buatan, berikan 2 kali perlahan (2 detik setiap kali tiupan) dan biarkan ekshalasi sempurna diantara nafas/tiupan. Bila hanya perlu nafas buatan saja, diberikan dengan kecepatan 10-12 nafas permenit, tetapi bila disertai kompresi jantung luar maka diberikan 30 kali kompresi dan 2 nafas per ventilasi untuk 1 atau 2 penolong sampai pasien dilakukan Intubasi trakhea.

CIRCULATION (SIRKULASI)
Henti jantung mengakibatkan tidak adanya tanda-tanda sirkulasi, artinya tidak ada nadi. Pada praktiknya penilaian tanda ada tidaknya sirkulasi oleh penolong adalah:
1. Setelah memberikan 2 kali nafas ke pasien yang tidak sadar, dan tidak bernafas, lihat apakah ada tanda-tanda sirkulasi yakni ada nafas, batuk dan gerakan-gerakan tubuh.
2. Bila pasien tidak bernafas, batuk atau melakukan gerakan, lakukan pemeriksaan nadi karotis.
3. Penilaian ini tidak boleh lebih dari 10 detik.
Catatan : penilaian sirkulasi ini harus dilakukan oleh petugas kesehatan, sedangkan untuk orang awam terlatih (petugas pemadam kebakaran, satpam dll) tidak dianjurkan, pada kelompok orang-orang ini bila mendapatkan poin 1 diatas, segera melakukan kompresi dada.

● Menilai nadi karotis, caranya :
Pertahankan posisi head thilt dengan satu tangan penolong dan tangan lainnya memegang leher pasien dan mencari trakhea dengan 2-3 jari sampai meraba batas trakhea dan otot-otot samping leher tempat lokasi nadi karotis bisa diraba. Dengan tekanan lembut nadi karotis akan teraba, apabila nadi karotis tidak teraba segera lakukan kompresi dada.

Gbr. Letak nadi karotis

●Kompresi dada
Teknik kompresi dada adalah memberikan tekanan pada setengah bawah tulang dada (sternum) berulang-berulang dan berirama.

● menentukan lokasi kompresi dan posisi tangan
- tentukan lokasi kompresi setengah bagian bawah tulang dada dengan telunjuk dan jari tengah menyusur batas bawah iga sampai titik temu dengan sternum
- posisikan tumit tangan satunya diatas sternum tepat disamping telunjuk tersebut. Ini adalah titik tumpu kompresi
- tumit tangan satunya diletakan diatas tangan yang sudah berada tepat di titik kompresi
- jari-jari kedua tangan dirapatkan dan diangkat agar tidak ikut menekan.

Gbr. Lokasi Kompresi dan posisi tangan

● teknik kompresi dada
- penolong mengambil posisi tegak lurus diatas dada pasien dengan siku lengan lurus, menekan sternum sedalam 4-5cm
- ulangi gerakan kompresi, lepas, kompresi, lepas, sekitar 100 kali permenit, rasio kompresi dan melepas 1:1
- setiap selesai 30 kali kompresi dada, buka jalan nafas dan berikan 2 nafas buatan efektif, kemudian kompresi dada lagi 30 kali dan seterusnya
- setiap selesai 5 siklus atau setiap 2 menit, dilakukan penilaian tanda-tanda pernafasan dan sirkulasi.

● penilaian pulihnya sirkulasi
- Setelah 5 siklus kompresi dan ventilasi (rasio 30:2), dinilai kembali keadaan pasien dengan memeriksa tanda-tanda sirkulasi dan dilakukan tidak lebih dari 10 detik
- Bila tanda-tanda sirkulasi tidak ada, teruskan kompresi dada dan ventilasi
- Bila ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan penilaian terhadap pernafasan, yaitu :
  ○ Bila nafas ada, posisikan pasien pada posisi mantap (recovery position) dan pantau pernafasan dan sirkulasi
  ○ Bila nafas tidak ada, berikan nafas buatan 12 kali permenit dan pantau sirkulasi.

● Resusitasi dengan 2 penolong
Apabila ada 2 penolong, ada beberapa hal yg perlu diperhatikan :
1. Jika penolong pertama sedang memberikan nafas buatan, penolong kedua yang baru datang mengambil posisi kompresi dada yang benar. Penolong ini mengambil alih kompresi dada setelah penolong pertama selesai memberikan 2 nafas buatan. Posisi kedua penolong berseberangan dari pasien.
2. Penolong kompresi dada melakukannya dengan hitungan suara yang keras
3. Jika penolong ingin berganti tempat, penolong kompresi memberi aba-aba. Pindah tempat dilakukan akhir kompresi dada ke 30, segera pindah ke posisi nafas buatan dan memberi 2 nafas buatan penolong yang semula memberi nafas buatan pindah ke posisi kompresi dada dan melakukan kompresi segera setelah nafas buatan.

● Komplikasi BLS
1. Regurgitasi, aspirasi
2. Fraktur sternum, costae
3. Pneumothoraks, hemotoraks, kontusio paru
4. Laserasi hati, limpa

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PASA ANAK
SEBAB-SEBAB  HENTI JANTUNG PADA ANAK
1. Kegawatan nafas yang tidak dikelola dengan benar
2. Akibat penyakit atau trauma
3. Masalah gangguan irama jantung primer jarang terutama pada anak umur kurang dari 8 tahun.

TANDA-TANDA HENTI JANTUNG
1. Tidak sadar
2. Pernafasan tidak memadai
3. Tidak ada tanda-tanda sirkulasi (tidak ada nafas, tidak ada batuk, tidak ada gerakan) termasuk tidak asa nadi.

TAHAPAN-TAHAPAN BHD
Tahapan BHD pada anak dilakukan secara berurutan dimulai dengan menilai kesadaran, mengaktifkan LGD/EMS dan tindakan ABC (airway, breathing, circulation).
BHD pada anak umur 8 tahun keatas sama dengan dewasa.

1. Airway (jalan nafas)

● posisi pasien
Bila anak tidak sadar, posisikan anak sebagai satu unit ke posisi terlentang pada alas yang datar dan keras, sehingga bila diperlukan tindakan kompresi dada bisa segera dilakukan.

● buka jalan nafas
Penyebab paling sering sumbatan jalan nafas pada anak yang tidak sadar adalah lidah. Untuk itu segera dilakukan pembukaan jalan nafas dengan cara head thilt chin lift manuever. Apabila penolong adalah petugas kesehatan dan korban ada riwayat trauma kepala atau leher dilakukan jaw thrust manuever.

a. Head thilt chin lift manuever
Letakkan satu tangan diatas kepala anak dan ekstensikan kepala ke belakang. Pada saat yang sama jari-jari tangan yang lain memegang rahang bawah anak dekat dagu dan angkat dagu.

Gbr. Head thilt chin lift manuever

b. Jaw thrust manuever
Untuk membuka jalan nafas digunakan cara angkat rahang bawah, yaitu: tempatkan dua atau tiga jari dibawah kedua sisi rahang bawah yaitu pada sudutnya dan angkat rahang bawah ke atas dan keluar.

Gbr. Jaw thrust manuever

BREATHING

● penilaian pernafasan
Pertahankan jalan nafas terbuka dan melihat tanda-tanda pernafasan anak.
Melihat naik dan turunnya dada dan perut, dengarkan pada hidung dan mulut anak adanya udara ekshalasi dan rasakan gerakan udara yang keluar dari mulut anak dengan pipi penolong. Tindakan ini tidak lebih dari 10 detik.
Apabila anak bernafas spontan dan tidak ada riwayat trauma, posisikan anak ke posisi sisi mantap untuk mempertahankan jalan nafas terbuka.

Gbr. Posisi sisi mantap (Recovery Position)

● pernafasan buatan
Apabila pernafasan tidak ada atau tidak mmemadai, tetap jaga jalan nafas terbuka dan berikan dua nafas buatan pelan (1 detik per nafas).
Pemberian nafas buatan dapat dilakukan dengan :
- pernafasan buatan dari mulut ke mulut dan hidung
- pernafasan buatan dari mulut ke mulut
- pernafasan buatan dengan kantong alat nafas.

1. pernafasan buatan dari mulut ke mulut dan hidung
Bila anak berumur kurang dari 1 tahun, posisikan mulut penolong menutupi mulut dan hidung anak sampai tidak ada kebocoran. 
Tiup kedalam mulut dan hidung bayi dan usahakan dada terangkat pada setiap tiupan.

2. Pernafasan buatan dari mulut ke mulut
Bila anak berumur 1 sampai 8 tahun dilakukan pernafasan buatan dari mulut ke mulut.
Dengam menjaga jalan nafas terbuka, tutup hidung anak dengan ibu jari dan telunjuk penolong, kemudian mulut penolong menutupi mulut anak dan berikan dua kali bantuan nafas sampai terlihat dada terangkat pada setiap bantuan nafas.

3. Pernafasan buatan dengan alat kantong nafas
Untuk memberikan ventilasi dengan kantong nafas harus dipilih ukuran kantong dan sungkup yang sesuai. Sungkup harus dapat menutupi hidung dan mulut anak tanpa menutupi mata dan pipi.
Caranya dengan menempatkan tangan untuk membuka jalan nafas dan meletakkan sungkup menutupi muka anak dengan teknik E-C Clamp yaitu ibu jari dan jari telunjuk penolong membentuk huruf "C" dan mempertahankan sungkup dimuka anak. Jari-jari ketiga, empat dan lima membentuk huruf "E" dengan meletakkannya dibawah rahang bawah untuk mengangkat dagu dan rahang bawah : tindakan ini akan mengangkat lidah dari belakang faring dan membuka jalan nafas.  

Gbr. Pernafasan buatan

Friday 27 March 2015

BASIC TRAUMA CARDIAC LIFE SUPPORT (CIRCULATION)

C. CIRCULATION

Fungsi sistem sirkulasi adalah penghubung antara lingkungan eksternal dan lingkungan cairan internal tubuh, sistem ini membawa nutrisi dan gas ke semual sel, jaringan, organ serta membawa produk akhir metabolisme keluar dari jantung.

a. Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung terletak pada bagian bawah kiri region tengah diantara dinding dada dan paru-paru. Bagian depan dilindungi oleh costa dan sternum, sedangkan bagian belakang dilindungi oleh columna spinalis.
Jantung terbagi atas 4 ruang yaitu 2 ruang bagian atas atau atrium dan 2 ruang bagian bawah atau ventrikel. Fungsi atrium adalah mengakumulasi darah sehingga ventrikel dapat terisi dengan cepat, meminimalkan penundaan dalam siklus pemompaan.
Ventrikel kiri (LV) jantung memompa darah melalui pembuluh darah arteri disirkulasi sistemik kedalam kapiler diseluruh tubuh kemudian darah kembali kejantung melalui vena dan dipompa oleh ventrikel kanan (RV) kedalam sirkulasi paru dan selanjutnya kembali kejantung kiri.

Gbr. Skema peredaran darah besar dan kecil

Pada orang dewasa saat beristirahat jantung berkontraksi antara 60-80 klai per menit. Denyut nadi adalah tanda dari tekanan yang diberikan setiap kontraksi.
Setiap kali jantung memompa, gelombang darah akan dikirimkan melalui arteri. Gelombang tersebut dirasakan sebagai denyut nadi. Dapat dirasakan pada arteri besar yang terletak diatas tulang.
Jantung, paru-paru dan otak bekerjasama untuk mempertahankan kehidupan. Fungsi dari ketiganya saling ketergantungan. Bila salah satu mengalami gangguan dua organ lainnya akan mengalami gangguan pula. Bila salah satu organ tersebut mengalami kegagalan fungsi, maka kedua organ lainnya akan mengalami hal yang sama segera.

Saat jantung berhenti berdenyut, kematian klinis terjadi pada penderita dalam henti nafas dan henti jantung. RJP segera dilakukan untuk mengembalikan keadaan penderita tanpa kerusakan. Kematian klinis terjadi selama 4-6 menit, sel otak mulai mengalami kematian. Setelah 8-10 menit tanpa denyut nadi, kerusakan yg irreversible terjadi pada otak.
Banyak alasan kenapa jantung dapat berhenti, dapat disebabkan oleh penyakit jantung, kejang, stroke, reaksi alergi, diabetes dan penyakit lainnya. Jantung juga dapat berhenti karena cedera yang berat. Pada bayi masalah pernafasan yg berat dapat menyebabkan henti nafas-henti jantung. Kesemuanya berakhir pada satu hasil akhir yakni kegagalan oksigenasi sel, terutama otak dan jantung.

Sirkulasi terdiri dari jantug, pembuluh darah dan darah.
● Frekuensi denyut jantung
Frekuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit, bila kurang dari 60 per menit disebut bradikardi, bila lebih dari 100 per menit disebut takikardi, bradikardi sering ditemukan pada atlit terlatih. Pada bayi frekuensi denyut jantung adalah 120-150 kali per menit, sedangkan pada anak-anak (2-10 tahun) 80-150 kali per menit.
Pada syok bila ditemukan bradikardi merupakan tanda prognostik yg buruk.
● Tekanan darah
Tekanan darah tidak dapat dipercaya sebagai indikator dini pada syok karena
  ○ tekanan darah sistolik tidak dapat turun, sampai kehilangan darah lebih dari 30% volume darah baru akan turun.
  ○ pada penderita hipertensi, tekanan darah mungkin turun, tetapi masih dianggap normal.

Sistolik (dewasa) 100+usia,s/d 150 mmhg sedangkan sistolik (anak s/d 12 tahun) 80+(2 x usia).
Diastolik (dewasa) 65-90 mmhg sedangkan diastolik (anak s/d 13 tahun) 50-80 mmhg.

● Penentuan denyut nadi
Pada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada arteri karotis, yakni medial arteri m.sterno-kleidomastoideus. Sedangkan pada bayi meraba denyut nadi adalah pada arteri brachialis, yakni pada sisi medial lengan atas.

b. Shock
Syok dapat disebabkan berbagai hal. Apapun sebabnya penderita selalu dipasang infus. Gejala syok adalah kulit pucat dan dingin (gangguan perfusi kulit), tachycardia, berkurangnya urin (oliguria sampai anuria karena gangguan perfusi ginjal), gangguan kesadaran (gangguan perfusi otak) dan turunnya tekanan darah (bukan gejala dini). Pengelolaan syok ditujukan terhadap penyebabnya, bila syok karena perdarahan misalnya maka perdarahan harus dihentikan.

c. Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Resusitasi jantung paru telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah diperbaharui secara terus-menerus sepanjang dekade ini. Laju keberhasilannya diartikan sebagai kembalinya tanda-tanda vital yang adekuat dengan kemampuan hidup jangka panjang tanpa komplikasi dan kecacatan.
American Heart Association (AHA) menggunakan 4 akses rantai penyelamatan untuk menggambarkan bahwa waktu merupakan hal yang sangat penting dalam penyelamatan penderita khususnya pada penderita dengan VF (Ventrikel Fibrilasi), SCA (Sunddent Cardiac Arrest). Tiga dari 4 Rantai ini juga relevant untuk penderita dengan henti nafas henti jantung.

Gbr. Chain of Survival

Rantai Penyelamatan tersebut adalah:
1. Cepat menghubungi EMS
2. Cepat melakukan RJP. RJP segera dapat memberikan kesempatan dua atau tiga kali lipat penderita dengan VF, SCA selamat.
3. Cepat melakukan Defibrilasi : RJP dan Defibrilasi pada penderita dapat meningkatkan tingkat penyelamatan 45-75%.
4. Cepat memberikan Bantuan Hidup Lanjut.

Anda dapat mengetahui penderita membutuhkan tindakan RJP dengan memastikan penderita tidak sadar, tidak bernafas dan nadi tidak berdenyut. Kompresi dada berhasil karena menekan jantung diantara sternum dan tulang belakang yang memaksa darah keluar. Bukti terbaru mengindikasikan bahwa meraka menghasilkan perubahan tekanan didalam rongga dada. Tekanan ini yang bertanggung-jawab untuk meningkatkan sirkulasi ke seluruh tubuh.

Saturday 14 March 2015

BASIC TRAUMA CARDIAC LIFE SUPPORT (BREATHING)

B. Breathing
Penentuan adanya jalan nafas yg baik barulah langkah pertama yg penting, langkah kedua adalah memastikan bahwa ventilasi cukup, ventilasi dapat terganggu karena sumbatan jalan nafas, tetapi dapat juga terganggu oleh mekanika pernafasan atau depresi susunan syaraf pusat (ssp).

pernafasan normal
Kecepatan bernafas manusia adalah :
- dewasa : 12-20 kali/menit
- anak - anak : 15-30 kali/menit
- bayi baru lahir : 30-50 kali/menit

Pada orang dewasa abnormal bila pernafasan >30 atau <10 kali/menit, pernafasan umumnya torako-abdominal. Bila pada penderita trauma (yg tidak sadar) ditemukan pernafasan abdominal selalu harus dipikirkan kemungkinan cedera tulang belakang. Pada anak-anak pernafasan abdominal lebih dominan.

Pengenalan gangguan breathing
Bila airway sudah baik, belum tertentu pernafasan akan baik, sehingga perlu selalu dilakukan pemeriksaan apakah pernafasan penderita sudah kuat, adekuat atau belum.
Look, listen dan feel adalah pemeriksaan breathing tetapi baru sebatas untuk mengetahui apakah pasien tersebut masih bernafas atau tidak, nafas normal, kurang dari normal atau lebih dari normal, tetapi belum dapat mengetahui adanya gangguan-gangguan breathing mengancam nyawa, sedang untuk mengetahui hal tersebut perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan:

a. Inspeksi
Perhatikan peranjakan dada simetris atau tidak. Bila asimetris pikirkan kelainan intra torakal. Setiap pernafasan yg sesak harus dianggap sebagai ancaman terhadap oksigenasi.
Selain untuk mengetahui peranjakan dada inspeksi juga dilakukan untuk mengetahui:
● adakah jejas/tidak
● adakah perubahan bentuk/tidak
● adakah pelebaran vena jugularis/tidak
● trakhea terdorong kesalah satu sisi

b. Auskultasi
Auskultasi kedua paru, bising nafas yg berkurang atau menghilang pada satu atau kedua hemitoraks menunjukkan kelainan intra torakal, jangan lupa didengarkan juga detak jantungnya.

c. Perkusi
Perkusi dilakukan pada kedua sisi paru, dimulai dari sisi yg normal, perkusi ini kita lakukan untuk mengetahui adanya suara dull, sonor atau hipersonor.

d. Palpasi
Palpasi ini kita lakukan untuk mengetahui adanya krepitasi/tidak. Berhati-hatilah terhadap tacypnea karena mungkin disebabkan hipoksia.

Gbr. Pemeriksaan Fisik

Pemberian oksigen
Pemberian oksigen selalu diperlukan bila keadaan penderita buruk. Indikasi pemberian oksigen adalah antara lain : 
1. Pada saat Resusitasi Jantung paru (RJP)
2. Setiap penderita trauma barat
3. Setiap nyeri pre-kordial
4. Gangguan paru seperti asthma, copd, dsb
5. Gangguan jantung seperti decompentation cordis, dsb

Pengelolaan breathing 
1. Penderita masih bernafas
Cara pemberian oksigen dapat dengan :
a. Kanul Hidung (nasal kanul)
Kanal hidung lebih dapat ditolerir oleh anak-anak, kekurangan kanal hidung adalah dalam konsentrasi oksigen yg dihasilkan.
Pemberian oksigen melalui kanul tidak bisa lebih dari 6 liter/menit karena tidak berguna untuk meningkatkan konsentrasi oksigen dan iritatif untuk penderita.

b. Face Mask (Rebreathing Mask) 
Masker dengan lubang pada sisinya. Pemakain face mask dalam pemberian oksigen lebih dibandingkan kanul hidung, karena konsentrasi oksigen yg dihasilkan lebih tinggi.

C. Non Breathing Mask
Pada face mask dipasang reservoir oksigen yg mempunyai katup. Bila diinginkan konsentrasi oksigen yg tinggi, maka non-Rebreathing mask paling baik.
Konsentrasi oksigen menurut  cara pemberian :
Udara bebas : 21%
Kanul hidung dengan O² 1-3 liter /menit (lpm) : 21%-32%
Kanul hidung dengan O² 4-6 lpm : 33%-44%
Face Mask (Rebreathing, 6-10 lpm) : 35%-60%
Non-Rebreathing mask (10-15 lpm) : 60%-95% 



2. Penderita dengan nafas tidak adekuat dan henti nafas
Bila penderita tidak sadar belum tentu henti nafas dan henti jantung, oleh karena itu penting untuk memeriksa pernafasan dengan membuka jalan nafas dengan manuver yg tepat, sambil mempertahankan jalan nafas terbuka, lihat dengarkan dan rasakan (raba) adanya nafas atau tidak.

Gbr. Look, Listen and Feel

Bila anda memeriksa penderita selam 10 detik dan penderita tidak bernafas berikan nafas bantuan 2 kali.
a. Pemberian pernafasan bantuan (rescue breathing)
Berikan 2 kali nafas bantuan, tiap satu kali nafas lebih dari satu detik, dengan volume yg cukup sampai terlihat dada mengembang (naik) ini harus dilakukan untuk semua bentuk dalam pemberian ventilasi yaitu pemberian ventilasi selama tindakan RJP(CPR), juga termasuk ventilasi mulut ke mulut dan ventilasi bag-mask.
Berikut merupakan panduan yg memberikan rekomendasi sederhana untuk pemberian pernafasan bantuan selama henti jantung :
● berikan nafas bantuan lebih dari 1 detik
● berikan tidal volume yg cukup (dengan pernafasan mulur-mukur atau bag valve mask, dengan atau tanpa tambahan oksigen) sebagai parameternya dada memgembang atau naik
● hindari pernafasan yg terlalu kuat dan dalam, saat airway definitif (ETT,LMA) terpasang dengan penolong 2 orang, berikan ventilasi dengan jumlah 8-10 kali /menit.

Gbr. Rescue Breathing Mouth-Mouth

b. Pernafasan mulut ke mulut
Bantuan pernafasan melalui mulut ke mulur, memberikan ventilasi kepada penderita.
Caranya buka jalan nafas penderita, jepit hidung penderita, tutup rapat mulut penderita dengan mulut anda dengan rapat, berikan tiupan diatas 1 detik. Bantuan secara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya terinfeksi. Karena itu penolong harus menggunakan barrier-device, mouth to mask Ventilation atau bag valve mask (bagging).
Pada bayi gunakan teknik mulut-mulut hidung, pada anak gunakan teknik mulut-mulut. Penyebab sulitnya pemberian ventilasi adalah jalan nafas yg terbuka tidak sempurna, jadi jika dada penderita tidak mengembang/naik dengan nafas bantuan yg pertama, buka jalan nafas dengan manuver head thilt chin lift dan berikan nafas bantuan kedua.

Gbr. Bag Valve Mask

Gbr. Mouth Barrier Device
                     
         Gbr. Bantuan nafas pada penderita stoma

C. Pernafasan buatan pada penderita dengan stoma
Kadang anda mungkin menemukan penderita yg bernafas dengan lubang dileher, karena telah dilakukan laringektomi, orang tersebut mempunyai stoma yaitu lubang leher bagian depan. Gunakan cara yg sama dengan ventilasi mulut-mulut, tutup kedua hidung dengan mulut penderita, berikan pernafasan melalui stoma.

Tuesday 24 February 2015

BASIC TRAUMA CARDIAC LIFE SUPPORT (AIRWAYS)

Kematian dapat diakibatkan berbagai sebab,  tetapi keseluruhannya berakhir pada satu hasil akhir yaitu kegagalan oksigenasi sel, terutama otak dan jantung.
Keterlambatan 1 menit oksigenasi kemungkinan berhasil untuk diselamatkan sekitar 98 dari 100, untuk keterlambatan 4 menit kemungkinan berhasil 50 sedangkan untuk keterlambatan 10 menit kemungkinan berhasil 1.

1. Airway (jalan napas)

Fungsi dari sistem pernapasan adalah mengambil O2 dari atmosfer masuk kedalam sel2 tubuh dan mengeluarkan CO2 yg dihasilkan sel2 tubuh kembali ke atmosfer.

Anatomi Saluran Pernafasan
Dimulai dari hidung dan mulut, ke farinks lalu ke larinks, trakea, percabangan bronkus dan paru.


Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi jalan napas dibagi menjadi 2 jenis yaitu obstruksi total dan obstruksi parsial.

a. Obstruksi Total 

Terdiri dari obstruksi total akut dan perlahan(insidious).
Obstruksi total akut biasnya disebabkan oleh benda asing yg tertelan lalu menyangkut dan menyumbat pangkal laring, obstruksi total dapat kita kenali dari tangan penderita memegang leher, mulut terbuka seperti orang berteriak tetapi tidak keluar suara (ini situasi pada penderita sadar) sedangkan untuk penderita tidak sadar ada tahanan saat ditiup/dipompa.
Adapun obstruksi total perlahan berawal dari obstruksi parsial yg kemudian menjadi total.
Gbr. Tanda penderita tersedak

Bila sumbatan jalan napas yg berat atau total tidak dikelola, maka saturasi oksigen darah akan turun dan korban menjadi tidak sadar dan terjadi kematian.

Pengelolaan Sumbatan Jalan Nafas Karena Benda Asing

1. Pasien Sadar

Heimlich Manuever atau disebut juga abdominal thrusts dianjurkan untuk membebaskan sumbatan jalan nafas karena benda asing pada pasien dewasa dan anak berumur 1-8 tahun.
Dengan cara mendorong diafragma keatas akan dapat mengakibatkan udara terdorong dari paru keluar, artinya terjadi batuk dan benda asing akan keluar.

● Heimlich Manuever dengan korban duduk atau berdiri
- penolong berdiri dibelakang korban, rangkul korban, kepalkan 1 tangan penolong pada perut bagian atas dan pegang dengan tangan yg lain.
- tarik dengan kuat kedalam dan keatas untuk mendorong udara paru secara mendadak dna mendorong benda asing dari jalan nafas.
- lakukan manuver ini berulang sampai benda asing keluar atau korban menjadi tak sadar.

Gbr. Heimlich Manuever pada korban berdiri

● Abdominal Thrusts dengan korban terlentang
- Penolong berlutut diantara paha korban atau disalah satu sisi korban, letakan tumit tangan di abdomen atas diantara umbilikus dan titik temu iga bawah.
- Letakan tangan yg lain diatasnya, hati2 jangan menekan iga tersebut.
- Tekan kuat dan cepat kearah dan kepala 
- Lakukan Manuever ini berulang.

Gbr. Abdominal Thrusts pada korban terlentang

● Chest Thrusts Manuever
Cara ini digunakan pada kasus sumbatan jalan nafas karena benda asing pada orang gemuk atau wanita hamil.
- Penolong berdiri dibelakang korban, dengan kedua tangan berada diketiak dan melingkari dada korban.
- Posisikan kedua tangan penolong diantara kedua mamae dan lakukan gerakan dorongan kedalam sampai benda asing keluar.

Gbr. Chest Thrust

2. Pasien Tidak Sadar

Apabila korban tampak sianosis dan menjadi tidak sadar :
a. Aktifkan/EMS (Emergency Medical Service)
b. Lakukan Tongue-jaw lift/finger sweep
Angkat rahang bawah lidah dam ambil benda asing dengan jari, tindakan ini dilakukan dengan memasukkan jari-jari penolong kerongga mulut, korek rongga mulut dengan jari untuk menyingkirkan benda asing dari mulut/farings
c. Buka jalan napas, berikan 2 nafas buatan, bisa diulang
d. Bila tidak berhasil lakukan Heimlich Manuever, ulang sampai 5 kali
e. Ulangi langkah-langkah diatas sampai benda asing dapat keluar dan korban dapat bernafas spontan
f. Bila tidak berhasil, dilakukan dengan alat bantu misalnya magil forceps atau krikotirotomi
g. Bila tidak berhasil dinilai sirkulasi, bila tidak ada nadi segera lakukan kompresi dada (BHD)

Gbr. Tongue-jaw lift dan finger sweep

Sumbatan Jalan Nafas karena benda asing/Foreign Body Airway Obstruction (FBAO) pada anak

Jika terjadi Obstruksi Benda Asing Pada Anak segera lakukan penyelamatan pada anak tersebut, jika Obstruksi parsial/sebagian dan ada usaha batuk pada anak, jangan lakukan intervensi apapun tapi biarkan terjadi batuk spontan sehingga benda asing dapat keluar.

usaha mengeluarkan benda asing dilakukan jika anak tidak bisa batuk, sulit bernafas, stridor atau kesadaran menurun.

Tanda-tanda obstruksi jalan nafas :
- Universal chocking sign : anak akan memegang leher dengan ibu jari dan telunjuk
- Tidak dapat bicara
- Lemah, batuk tidak efektif
- Suara nafas melengking
- Sulit bernafas
- Sianosis

Pertolongan Obstruksi benda asing pada anak yg sadar 

Abdominal thrusts (Heimlich Manuever), langkah-langkah pertolongan :
1. Berdiri dibelakang pasien dengan tangan langsung dibawah aksila (ketiak) mengelilingi dada pasien
2. Letakan telapak tangan 1 kepalan pada perut korban diatas pusar, diatas procesus xhipodeus, genggam tinju pada tangan lain dan lakukan 5 dorongan kedalam dan keatas, jangab sentuh procesus xhipodeus atau bagian bawah dari tulang iga, karena akan merusak organ dalam
3. Setiap dorongan sebaiknya memiliki gerakan yg tepat sehingga akan menghasilkan dorongan yg efektif yg dapat mengeluarkan benda asing.

Gbr. Abdominal thrusts pada anak sadar dengan OBA

Pertolongan Obstruksi benda asing pada anak yg tidak sadar
1. Buka jalan nafas dengan menggunakan tongue-jaw lift dan lihat obyek pada farinks, jika obyek terlihat keluarkan benda tersebut, jika tidak terlihat jangan lakukan sweeping dengan jari.
2. Buka jalan nafas dengan manuver head tilt chin lift (jika tidak ada trauma) jika nafas tak efektif berikan ventilasi.
3. Jika nafas tetap tidak efektif langkahi korban diatas pinggang dan siapkan Heimlich Manuever.
4. Letakan pangkal tangan pada perut anak digaris tengah sedikit diatas pusar dan dibawah procecus xhipodeus.
5. Tekan kedua tangan diatas abdomen secara cepat kedalam dan keatas.
6. Jika perlu diulangi 5x dan sampai benda asing keluar dari mukut pasien.

Gbr. Abdominal Thrusts pada anak

Pertolongan Obstruksi benda asing pada bayi dengan teknik Back Blows dan Chest Thrust: 
1. Letakkan bayi pada posisi telungkup dengan kepala lebih rendah dari badan, tahan kepala bayi dengan menahan rahang, hati-hati untuk tidak menekan tenggorokan bayi, letakkan tangan anda pada paha untuk menopang bayi.
2. Berikan 5 pukulan pada punggung, ditengah punggung, diantara 2 skapula dengan menggunakan pangkal tangan.
3. Setelah 5 pukulan pada punggung, letakkan tangan anda yg bebas pada punggung bayi, telapak tangan menahan kepala bagian belakang bayi.
4. Lakukan tubuh bayi sebagai 1 unit dengan menopang leher dan kepala bersamaan, letakkan bayi pada posisi telentang pada tangan kiri anda dan tangan kiri anda diletakkan diatas paha, posisikan kepala lebih rendah dari badan bayi.
5. Berikan 5 kali chest thrusts pada lokasi seperti RJP (Resusitasi Jantung Paru) l, yakni lebih kurang 1 jari dibawah garis intermammary, chest thrusts diberikan dengan kecepatan 1x/detik setiap tindakan dengan penekanan yang kuat untuk mmembuat batuk artificial agar benda asing dapat dikeluarkan.
6. Ulangi secara berturut-turut 5x pukulan pada punggung (back blows) dan 5x chest thrusts sampai benda asing keluar dari mulut korban. 

Gbr. Teknik Back Blows

Gbr. Teknik Chest Thrusts

b. Obstruksi Parsial 

Pada Obstruksi parsial dapat disebabkan berbagai hal. Biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul beraneka ragan suara tambahan pada pernafasan penderita.

Penyebab Obstruksi parsial : 
a. Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung dsb)
Timbul suara "gurgling" suara bernafas bercampur suara cairan. Dalam keadaan ini harus dilakukan penghisapan suction.

b. Pangkal lidah yg jatuh kebelakang
Keadaan ini dapat karena keadaan tidak sadar atau coma atau patahnya tulang rahang bilateral. Timbul suara mengorok atau snoring yg harus diatasi dengan perbaikan airway secara manual atau dengan alat.

c. Penyempitan dilarinks atau trakhea 
Dapat disebabkan edema karena berbagai hal (luka bakar, radang dsb) ataupun desakan neoplasma. Timbul suara "crowing" atau stridor respiratori. Keadaan ini hanya dapat diatasi dengan perbaikan airway distal dari sumbatan, misalnya dengan trakheostomi. 

Pengelolaan jalan nafas

Bila ada sumbatan jalan nafas, sudah jelas bahwa sumbatan tersebut harus diatasi. Walaupun demikian dalam keadaan tertentu, misalnya penderita dengan koma, tetap dilakukan pemasangan alat jalan nafas, karena sumbatan dalam keadaan ini adalah mengancam nyawa.

1. Penghisapan (Suction)
Suction dapat dilakukan dengan kateter suction (kateter lunak, soft/fleksibel tipped) atau alat suction khusus seperti yg dipakai dikamar operasi (rigid tip, tonsil tip atau yankauer tip). Untuk cairan (darah, secret dsb) dapat dipakai soft tip, terapi untuk materi yg kental (sisa makanan dsb) sebaiknya memakai tipe yg rigid.
Soft tip kateter dapat dipakai untuk melakukan Suction daerah hidung atau naso-farinks serta dapat dimasukkan melalui tube endo-tracheal.
Rigid tip dapat menyebabkan timbulnya refleks muntah bila tersinggung dinding farinks atau bahkan dapat menimbulkan perdarahan.
Walaupun demikian rigid tip lebih disukai karena manipulasi alat lebih mudah dan suction lebih efisien.
Bila memakai rigid tip, maka ujung tip harus selalu terlihat (jangan suction membuta). 
Bila memakai soft tip, boleh sampai masuk secara hati-hati kebelakang pangkal lidah.
Bila memakai soft tip masuk kearah naso-farinks harus selalu diukur, jangan sampai terlalu jauh. Pada fraktur basis kranii alat yg dimasukkan lewat hidung selalu ada kemungkinan masuk rongga tengkorak.
Catatan: bila penderita muntah dan nampaknya suction tidak akan menolong, maka kepala harus dimiringkan. Bila penderita trauma, jangan mencoba memiringkan kepala saja, seluruh badan penderita harus dimiringkan dengan rog roll. 

Prosedur suction akan juga menghisap oksigen yg ada dalam jalan nafas, karena itu lamanya suction maksimal 15 detik pada orang dewasa, 5 detik pada anak kecil dan 3 detik pada bayi.

2. Buka Jalan Nafas (airway) manual 
Pada penderita, yg kesadarannya menurun, lidah mengalami prolaksus kebelakang dan dapat menyebabkan tertutupnya orofaring, mekanisme untuk mengatasinya yaitu dengan menggunakan alat yaitu dengan menggunakan head thilt chin lift dan jaw thrust. Dan dengan menggunakan alat yaitu pipa oro pharingeal airway dan naso pharingeal airway.
Buka jalan nafas dengan manuver head thilt chin lift bila tidak ada trauma kepala atau leher. Bila dicurigai adanya trauma sservikal buka jalan nafas dengan manuver jaw thrust tanpa ekstensi kepala.

Cara melakukan tindakan head thilt chin lift

Posisikan penderita berbaring kepala menghadap keatas. Berlutut sejajar menghadap kepala penderita.
Letakkan 1 tangan diatas dahi dan letakkan ujung jari dengan tangan anda yg lain dibawah dagu.
angkat dagu keatas menyokong rahang dan pada saat yg sama dongakkan kepala sejauh mungkin.

Gbr. Head Thilt dan Chin Lift

Perhatian :
Pada bayi letakkan pada posisi sniffing dan tidak boleh hyper ekstensi.
bila petugas mencurigai adanya trauma servikal, buka jalan nafas dengan manuver jaw thrust tanpa ekstensi kepala.

Cara melakukan tindakan manuver jaw thrust

Posisikan penderita berbaring kepala menghadap keatas.
berlutut dibagian kepala penderita letakkan siku anda disamping kepala penderita diatas permukaan dimana penderita berbaring letakkan tangan kedua pada sisi lain dari kepala penderita.
peganglah sudut rahang penderita pada kedua sisinya, untuk bayi dan anak gunakan 2/3jari.
gunakan gerakan mengangkat untuk menggerakkan rahang bawah keatas dengan kedua tangan.
menjaga agar mulut penderita tetap terbuka dengan menggunakan ibu jari jika diperlukan.

Gbr. Jaw Thrust

a. Jalan nafas sementara

Dengan alat dimasukkan lewat hidung (naso pharingeal airway) atau lewat mulut (oro pharingeal airway) 

● Oro pharingeal airway
Alat ini lebih populer sebagai guedel, walaupun ada tipe lain seperti mayo atau williams.

Gbr. Oro pharyngeal airway

Oro pharingeal airway dimasukkan kedalam mulut dan diletakkan dibelakang lidah. Cara terbaik adalah dengan menekan lidah memakai tongue-spatel dan memasukkan alat kearah posterior. Alat tidak boleh mendorong lidah kebelakang karena akan menyumbat farinks. Cara lain adalah dengan memasukkan alat secara terbalik sampai menyentuh palatum molle, lalu diputar 180˚ dan diletakan dibelakang lidah. Teknik ini tidak boleh dipakai pada anak kecil karena mungkin akan mematahkan gigi.

Gbr. Pemasangan oropharyngeal airway

Hal yg harus diperhatikan adalah bahwa oro pharingeal airway tidak boleh dipasang pada penderita sadar atau penderita setengah sadar yg berusaha menolak alat ini karena akan menyebabkan muntah dan kemudian aspirasi.

● Naso pharingeal airway
Alat ini tidak boleh dipasang bila ada kemungkinan fraktur basis kranii anterior (keluar darah dari hidung atau mulut, ada bril hematom dsb) karena mungkin masuk ke rongga otak. Pada keadaan ini pemasangan boleh dilakukan oleh dokter (dengan memakai stylet/mandrin)

Gbr. Nasopharyngeal airway

Besar tube diukur berdasarkan jari kelingking penderita. Panjang tube yg dapat dihitung darin pangkal cuping hidung sampai cupig telinga.

Cara pemasangan, selalu usahakan masuk lubang hidung kanan, walaupun lubang kiri juga boleh. Tube dilakukan pelumasan, lalu dimasukkan perlahan ke belakang sehingga ujungnya terlihat di farinks.

Gbr. Pemasangan nasopharyngeal airway


b. Jalan nafas definitif 

Pengelolaan jalan nafas definitif :
● Naso tracheal airway
● Oro tracheal airway
● Cricothyroidotomy 
● Tracheostomy 

Indikasi pemasangan airway definitif
Pemasangan airway definitif didasarkan pada penemuan bukti-bukti klinis sebagai berikut :
1. Adanya apnea
2. Ketidakmampuan mempertahankan airway yg bebas dengan cara lain
3. Adanya cedera kepala tertutup yg memerlukan bantuan nafas GCS 8
4. Kebutuhan untuk melindungi airway bagian bawah dari aspirasi darah atau vomitus
5. Ancaman segera atau bahaya potensial sumbatan airway, seperti akibat lanjut dari cedera inhalasi, patah tulang wajah atau kejang-kejang yg berkepanjangan
6. Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi yg adekuat dengan pemberian oksigen melalui bag valve mask (BVM).

Ada tiga macam airway definitif, yaitu pipa oro tracheal, pipa naso tracheal, dan airway surgical (Cricothyroidotomy).

Intubasi endotracheal

Pemasangan Intubasi endotracheal harus memperhatikan adanya kecurigaan fraktur servikal. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang untuk melakukan imobilisasi segaris pada servikal. Penderita yg mempunyai GCS 8 atau lebih rendah harus segera dilakukan intubasi karena penderita tersebut tidak bisa menjaga patensi jalan nafasnya dan memerlukan oksigenasi yg adekuat.
Intubasi endotracheal dilakukan dengan memasukkan pipa kedalam trakhea melalui mulut (orotracheal intubasi) atau melalui hidung (nasotracheal intubasi). Nasotracheal hanya dilakukan pada penderita yg masih bisa bernafas, karena pada saat pemasangannya mengikuti suara nafas penderita. Suara pernafasan tersebut berfungsi sebagai guide untuk menjangkau posisi lubang trakhea secara tepat.

a. Intubasi orotracheal
Intubasi orotracheal adalah memasukkan pipa kedalam trakhea melalui mulut penderita. Pada pasien non trauma memasukkan pipa trakhea bisa dilakukan dengan menengadahkan kepala penderita. Tetapi pada pasien trauma dengan kecurigaan fraktur servikal hal ini tidak boleh dilakukan. Servikal harus tetap di imobilisasi pada posisi segaris, oleh karena itu sebaiknya intubasi dilakukan oleh 2 orang.
Gbr. Intubasi Orotracheal

Pemasangan endotracheal tube (ETT) sebaiknya dilakukan oleh orang yg berpengalaman, hal ini karena pemasangan harus dilakukan dalam waktu singkat agar penderita tidak mengalami kekurangan oksigen akibat pemasangan yg terlalu lama.
Pemasangan pipa orotracheal dilakukan dengan cara seperti dibawah ini : 
1. Pastikan bahwa ventilasi dan oksigen yg adekuat tetap berjalan sebelum intubasi.
2. Siapkan alat suction didekat tempat pemasangan intubasi sebagai kesiapsiagaan apabila penderita muntah.
3. Kembangkan balon ETT untuk memastikan bahwa balon tidak bocor, kemudian kempiskan lagi. 
4. Siapkan lampu laringoskop dan periksa terangnya lampu laringoskop.
5. Bila perlu minta 1 orang asisten untuk mempertahankan posisi kepala dan leher penderita agar tidak hiperekstensi atau hiperfleksi pada saat pemasangan ETT.
6. Pegang laringoskop dengan tangan kiri.
7. Masukan laringoskop pada bagian kanan mulut, dan menggeser lidah disebelah kiri.
8. Dorong laringoskop kedepan sampai terlihat epiglotis dan pita suara. Jangan menjadikan gigi dan bibir sebagai tumpuan laringoskop.
9. Secara hati-hati masukan ETT kedalam trakhea dengan melewati epiglotis.

Gbr. Pemasangan ETT

10. Kembangkan balon secukupnya, jangan mengembangkan balon berlebihan karena akan mengakibatkan kematian jaringan sekitar.
11. Periksa ketepatan penempatan ETT dengan cara memberikan ventilasi dengan menggunakan BVM. 
12. Perhatikan pengembangan dada penderita sambil melakukan ventilasi.
13. Auskultasi dada dan abdomen dengan menggunakan stetoskop untuk memastikan letak ETT 
14. Amankan/fiksasi ETT dengan plester. Apabila penderita dipindahkan, letak ETT harus dinilai ulang.
15. Apabila intubasi tidak bisa dilaksanakan dalam beberapa detik atau selama waktu yg diperlukan untuk menahan nafas sebelum ekhalasi, hentikan percobaan intubasi lalu berikan ventilasi pada penderita dengan BVM dan coba lagi.  

b. Intubasi Nasotracheal
Intubasi nasotracheal adalah memasukkan pipa ETT kedalam trachea melalui hidung penderita. Pemasangan pipa nasotracheal tanpa menggunakan alat bantu laringoskop, tetapi dimasukkan secara manual dengan mengikuti irama nafas penderita. Oleh karena itu pipa nasotracheal hanya dipasang pada penderita yg masih bernafas spontan. Pemasangan nasotracheal tidak dianjurkan pada penderita dengan apnea, fraktur midface dan fraktur basis cranii karena beresiko untuk masuk kedalam rongga tengkorak.


Pemasangan nasotracheal prinsipnya sama dengan pemasangan nasofaringeal airway, pemasangan nasotracheal dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Apabila di curigai fraktur servikal biarkan neck collar (bidai leher) terpasang untuk imobilisasi leher
2. Pastikan oksigenasi dan ventilasi yg cukup tetap berjalan
3. Kembangkan balon ETT untuk memastikan balon tidak bocor, kemudian kempiskan lagi
4. Bila perlu minta seorang asisten untuk melakukan imobilisasi leher
5. Lumasi ETT dengan menggunakan xylocain jelly
6. Masukan ETT kedalam lubang hidung, dorong pelan-pelan tapi pasti kedalam lorong hidung sambil mengikuti suara nafas penderita. Pada saat inspirasi dorong dan pada saat ekspirasi tahan dan rasakan hembusan nafas. Apabila hembusan nafas tidak terasa maka ETT harus ditarik kembali sampai nafas terasa kembali kemudian dorong lagi pelan-pelan sambil mengikuti suara nafas. Bila perlu lakukan penekanan ringan pada cartilago tiroid.
7. Lengkungan pipa harus sesuai untuk memudahkan masuknya kelorong yg melengkung
8. Setelah masuk kembangkan balon secukupnya
9. Periksa ketepatan penempatan ETT dengan cara memberikan ventilasi dengan menggunakan BVM
10. Auskultasi dada dan abdomen dengan menggunakan stetoskop untuk memastikan letak ETT
11. Amankan atau fiksasi ETT dengan plester, apabila penderita dipindahkan, letak ETT harus dinilai
12. Apabila intubasi tidak bisa dilaksanakan dalam beberapa detik atau selama waktu yg diperlukan untuk menahan nafas sebelum ekshalasi, hentikan percobaan Intubasinya lalu berikan ventilasi pada penderita dengan BVM dan coba lagi.

● Needle Cricothyroidotomy → jet Insufflation / jet Ventilation

Apabila pemasangan intubasi gagal atau tidak bisa dilakukan (misalnya pada fraktur mid face) maka tindakan alternatif yg dapat dilakukan adalah tindakan surgical. Tindakan surgical yg dapat dilakukan dengan Cricothyroidotomy. Tindakan Cricothyroidotomy bagi perawat hanya diperkenankan Needle Cricothyroidotomy yaitu penusukan jarum besar (IV catheter no. 14) ke membrana krikotirodea untuk membuat jalan nafas dan melakukan tindakan jet Ventilation. Tindakan ini merupakan tindakan sementara (maksimal 45 menit) sebelum pemasangan tube Cricothyroidotomy oleh dokter. Tindakan jet Ventilation yg terlalu lama mengakibatkan penumpukan CO² dalam tubuh penderita karena proses ekhalasi yg tidak maksimal.

Tindakan Needle Cricothyroidotomy dan jet Ventilation dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Tetap memperhatikan immobilisasi servical apabila ada kecurigaan.
2. Rakit dan siapkan selang O² dengan cara membuat sebuah lubang pada salah satu ujungnya. Hubungkan ujung satunya pada sumber O² yg mengeluarkan O² secara lancar 10-15 liter/menit.
3. Baringkan penderita.
4. Pasang IV catheter no 12/14 dengan spuit 10 cc.
5. Siapkan kassa steril dan cairan antiseptik.
6. Palpasi membrana krikotirodea, pegang trakhea dengan ibu jari dan telunjuk salah satu tangan untuk mencegah pergerakan trakhea.

Gbr. Membran Krikotirodea

7. Tusuk kulit pada garis tengah (mid line) dengan jarum yg sudah terpasang pada spuit, langsung diatas membrana krikotirodea.
8. Arahkan jarum dengan sudut 45˚ kearah atas, sambil menghisap spuit.
9. Dengan hati-hati tusukan jarum melewati setengah bagian bawah membrana, sambil melakukan aspirasi waktu mendorong.
10. Aspirasi udara menunjukkan masuknya jarum kedalam lumen trakhea.
11. Lepas spuit dan tarik mandrin sambil dengan lembut mendorong kateter.


12. Sambungkan kateter bagian luar dengan selang O² yg telah disiapkan, lalu difiksasi dengan plester.
13. Ventilasi berkala dapat dicapai dengan menutup lubang yg terbuka dengan ibu jari selama 1 detik untuk inhalasi dan membukanya selama 4 detik ekhalasi, tindakan ini efektif selama 30-45 menit.
14. Perhatikan pergerakan dada dan Auskultasi untuk mengetahui ventilasi yg cukup.